'Saat ini kami punya 20 puluh kapal patroli, kalau dihitung dengan luasnya perairan NTT ini tentunya sangatlah minim, karena tidak akan cukup," kata Dirpolairud Polda NTT, Komisaris Besar Polisi Anderias Darto, kepada wartawan di Kupang, Rabu.
Baca juga: Penangkapan terduga teroris menggunakan kapal Polairud Polda Kalbar
Menurut dia, dengan luas perairan sekitar 200.000 kilometer persegi tentunya NTT memerlukankan kapal patroli dalam jumlah memadai dan secara spesifikasi dapat diandalkan dalam menunjang tugas pokok mereka, terutama mengatasi pemakaian bom ikan oleh nelayan-nelayan itu.
Namun ia sadar ada cara lebih baik yang dapat dilakukan untuk mencegah kasus-kasus penangkapan ikan dengan cara dibom atau dengan cara diracun.
"Ya beberapa cara yang kami lakukan adalah dengan mendekati nelayan-nelayan di pesisir pulau di seluruh wilayah NTT," ujar dia.
Baca juga: Polairud tangkap dua anggota kawanan perompak di Sungai Musi
Wujudnya adalah dengan cara sambang nusa untuk memberikan bantuan sambil memberi penyuluhan bahaya dari bom ikan.
Dari berbagai kasus penangkapan pelaku bom ikan di NTT, kebanyakan adalah residivis. Oleh karena itu ia mengajak seluruh masyarakat khususnya nelayan yang berada di wilayah pesisir, untuk bisa membantu polisi dengan menjaga laut dan melaporkan jika ada nelayan menangkap ikan dengan cara bom ikan.
Baca juga: Tiga personel Polairud korban kecelakaan laut masih dalam pencarian
"Saya minta masyarakat pesisir dan para nelayan agar menjaga ekosistem laut, kerusakan yang timbul akibat bom sangat fatal bagi terumbu karang. Untuk itu saya mengimbau agar mari bersama kita jaga terumbu karang di peraitan NTT ini agar anak cucu kita dapat menikmatinya di kemudian hari," ujar dia.
Pertumbuhan terumbu karang, kata dia, cuma satu cm pertahun, untuk itu jangan pernah menggunakan bahan peledak dalam mencari ikan.
Baca juga: Kapal pembawa satu ton sianida ditangkap Polairud
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021