Bekasi (ANTARA News) - Pertamina mencatat selama 2010 telah terjadi sebanyak 54 kasus ledakan gas di Indonesia, empat diantaranya meninggal dunia serta santunan yang diberikan mencapai Rp3 Miliar.
Direktur Pemasaran Pertamina, Jailani Sutomo, usai sosialisasi tentang penggunaan gas elpiji di Bekasi, Senin, mengatakan, sosialisasi pertambahan kasus ledakan gas akan semakin melambat hingga korban bisa ditekan.
"Dengan sosialisasi, diharapkan warga mengerti tata cara penggunaan dan pemasangan peralatan kompor gas sementara kualitas produk dan pengawasan terus ditingkatkan," ujarnya.
Ia mengatakan, bila tabung bisa dipelihara dengan baik maka kebocoran bisa dihindari.
Kalaupun terjadi kebocoran sebenarnya menurut Jailani tidak membahayakan asalkan pada pagi hari ruangan tempat gas yang memiliki jendela dan ventilasi segera dibuka sebelum dihidupkan.
"Kalau sekarang kebiasaan ibu-ibu begitu bangun kedapur dan langsung menyalakan kompor hingga gas yang keluar akibat bocor menumpuk dan menimbulkan ledakan," tegasnya.
Ia tidak bisa memastikan kapan ledakan gas bisa ditekan bahkan di nolkan. "Untuk sampai pada tahap itu kita sulit memprediksinya," ujar Jailani.
Wakil Presiden Komunikasi Perusahaan Pertamina, Basuki Trikora Putra, mengatakan, penggantian yang diberikan nilainya sebesar Rp25 juta untuk korban meninggal ditambah Rp2 Juta untuk biaya pemakaman, biaya perawatan sesuai tagihan rumah sakit serta biaya perbaikan rumah tergantung tingkat kerusakannya.
"Untuk tagihan biaya pengobatan dan perawatan dari RS bisa diajukan ke Pertamina untuk dinotifikasi dan setelah itu akan dibayarkan," ujarnya.
Basuki menegaskan, belum ada penyebab kebarakan disebabkan tabung jeleknya kondisi tabung elpiji 3 kg. Berita mengenai ledakan tabung gas itu tidak benar tapi ledakan terjadi terkait kebocoran gas melalui selang," ujarnya.
Ia menyatakan ada masyarakat yang tidak paham dengan penempatan dan pengetesan elpiji hingga mereka menghadapi potensi bahaya.
Kasus ledakan gas menurut Basuki terjadi akibat dua hal baik langsung maupun tidak langsung. Langsung akibat disebabkan oleh selang regulator dan kompor, sementara tidak langsung berupa ketidakpahaman konsumen dan masyarakt dalam pemakaian elpiji.
"Kita mencatat juga ada kasus ledakan yang bukan berasal dari elpiji tapi dibuat seolah disebabkan gas itu," ujarnya.
Direksi Pertamina ikut prihatin dengan adanya kasus ledakan gas tersebut yang ditunjukkan dengan mengunjungi langsung korban ledakan gas ke tempat kejadian disertai pemberian bantuan dan santunan seperti ditunjukkan Dirut Karen Agustiawan, di SDN 3 Marga Mulya Kota Bekasi bulan Juni 2010 lalu.
Kasus-kasus ledakan gas tersebut kini telah ditangani aparat kepolisian "Kita berharap kedepan, kasus ledakan gas tersebut tidak lagi terjadi," demikian Basuki.
(ANT/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010