Pati (ANTARA News) - Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Pati, Jawa Tengah, menemukan darah pendonor yang terindikasi mengandung virus penyebab sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (HIV/AIDS) sebanyak satu kantong.
"Satu kantong darah yang terindikasi mengandung virus HIV/AIDS ini merupakan hasil temuan pada bulan Februari 2010," kata Kepala Unit Transfuri Darah Cabang (UTDC) PMI Pati, Joko Mardiyanto, di Pati, Senin.
Ia mengatakan, dugaan ada satu kantong darah yang mengandung virus mematikan tersebut diketahui setelah darah para pendonor diperiksa dengan metode ELISA (enzyme linked immuno sorbent assay).
Proses pemeriksaan tersebut, katanya, dapat mendeteksi sejumlah penyakit menular, seperti Hepatitis B, Hepatitis C, HIV/AIDS, dan sifilis.
Selain menemukan darah yang mengandung virus mematikan, katanya, PMI Cabang Pati juga menemukan darah yang mengandung penyakit Hepatitis B dan C dengan jumlah bervariasi.
Darah yang mengandung virus HIV/AIDS dan Hepatitis B dan C dimusnahkan melalui alat pembakar sampah (incinerator) milik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) RAA Soewondo Pati.
Sebelum dibakar, katanya, pihaknya harus menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan pihak RSUD RAA Soewondo Pati.
Terkait dengan temuan darah yang mengandung penyakit mematikan pada tahun 2009, katanya, terdapat dua kantong darah pendonor.
"Perlakuannya juga sama, harus dimusnahkan," ujarnya.
Identitas pendonor yang terindikasi terkena virus HIV/AIDS, katanya, dirahasiakan dan dilakukan pendekatan secara personal untuk diupayakan mendapat pengobatan dan dibina agar tidak menularkan penyakit mematikan tersebut kepada orang lain.
"Jika ada masyarakat yang dicurigai, harus dilakukan screening di pusat Voluntary Counseling and Testing (VCT) yang ada di RSUD RAA Soewondo," ujarnya.
Untuk mencegah penyebaran virus mematikan tersebut semakin luas, katanya, frekuensi kegiatan VCT akan ditingkatkan.
"Jika sebelumnya hanya dilakukan sebanyak lima hingga delapan kali per tahun, maka akan diupayakan ditambah," ujarnya.
Selain itu, kata dia, masyarakat diimbau untuk menghindari perilaku berisiko.
"Jika ada masyarakat yang terkena virus HIV/AIDS, maka sebaiknya jangan diperlakukan secara diskriminasi," ujarnya.
Untuk kelompok berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, lanjut dia, sebaiknya memiliki kesadaran memeriksakan kesehatannya.
(U.KR-AN/Z003/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010