Bantul (ANTARA News) - Ratusan abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengikuti tradisi labuhan di Pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin.
"Labuhan yang merupakan tradisi tahunan Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat kembali digelar itu diikuti ratusan warga yang berasal dari abdi dalem," kata abdi dalem keraton warga Dusun Mancingan, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek Bantul RP Surakso Tarwono di Bantul, Senin.
Surakso yang juga merupakan juru kunci atau sesepuh di wilayah Parangtritis mengatakan, labuhan merupakan tradisi yang digelar tiap tahun dan delapan tahunan (sewindu) dalam penanggalan Jawa.
"Labuhan ini merupakan tradisi delapan tahunan dengan melabuh sejumlah pakaian milik Sri Sultan Hamengku Buwono X berupa jarik dan kemben yang ditaruh di atas empat ancak," katanya. Ancak adalah tempat sesaji terbuat dari bambu ukuran satu meter persegi.
Ia menyebutkan empat ancak tersebut berasal dari empat jurusan, yaitu Parangtritis (Bantul), Merapi (Sleman), Gunung Lawu (Perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah) dan Dlepih (Wonogiri).
Surakso mengatakan prosesi labuhan dimulai pada pukul 09.00 WIB dengan terlebih dulu melakukan doa bersama di wilayah Cepuri Parangkusumo, kemudian berjalan menuju ke pantai.
"Labuhan yang merupakan tradisi turun temurun selain untuk melestarikan budaya dari Kraton, juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang maha kuasa," katanya.
Surakso mengatakan, dalam labuhan kali ini pihaknya juga mengajak anggota tim SAR Pantai Parangtritis, karena saat ini kondisi ombak berbahaya.
"Untuk berjaga-jaga kami melibatkan keamanan pantai setempat, untuk membantu proses labuhan sehingga berjalan lancar," katanya.
Menurut dia, abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di Kabupaten Bantul berjumlah 39 orang yang terbagi dalam dua kelompok yaitu abdi dalem Parang dan abdi dalem Surakso.
"Abdi dalem Parang menjaga wilayah pemandian air panas, sementara abdi dalem Surakso menjaga makam," katanya.
(T.PSO-068/H008/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010