Khartoum (ANTARA News/AFP) - Bentrokan-bentrokan di Darfur, Sudan, menewaskan 221 orang pada Juni, sebagian besar akibat pertikaian antara suku-suku Arab yang bersaing, kata misi penjaga perdamaian PBB dan Uni Afrika (UNAMID), Minggu.
Angka itu menunjukkan penurunan berarti dalam jumlah korban pada Mei, ketika hampir 600 orang tewas dalam pertempuran, menurut sebuah dokumen internal UNAMID.
"Setelah menilai laporan-laporan keamanan selama sebulan terakhir, UNAMID memperkirakan bahwa jumlah korban tewas akibat konflik bersenjata dan kriminalitas di Darfur pada Juni mencapai 221," kata misi penjaga perdamaian itu dalam sebuah pernyataan.
"Mayoritas dari kematian ini, hampir 140, diyakini akibat pertikaian antar-suku antara Rezeigat dan Misseriya," katanya.
Pasukan penjaga perdamaian itu mengatakan, tidak dilaporkan terjadi bentrokan setelah suku-suku Rezeigat dan Misseriya mencapai perjanjian perdamaian pada 28 Juni.
Sebagian besar dari kematian pada Mei akibat bentrokan baru antara militer Sudan dan kelompok gerilya paling aktif di Darfur, Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM).
Kelompok yang mencapai perjanjian perdamaian dengan pemerintah Khartoum pada Februari itu telah menarik diri dari perundingan yang dituanrumahi Qatar untuk mengakhiri perang tujuh tahun di wilayah itu yang menewaskan ratusan ribu orang.
PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan.
Maju-mundur proses perdamaian antara kedua pihak berlangsung sejak tahun lalu.
Pemberontak Darfur mengadakan dua babak perundingan dengan para pejabat pemerintah Khartoum di Qatar pada Februari dan Mei 2009.
Pada Februari tahun lalu, Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menandatangani sebuah perjanjian perdamaian dengan pemerintah Khartoum mengenai langkah-langkah pembangunan kepercayaan yang bertujuan mencapai perjanjian perdamaian resmi.
Pada Mei 2009 JEM, kelompok gerilya yang persenjataannya paling kuat, sepakat memulai lagi perundingan dengan Khartoum yang dihentikannya setelah pengadilan internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Presiden Sudan Omar Hassan al-Beshir karena kejahatan perang dan kejahatan atas kemanusiaan di Darfur, Sudan barat.
Perundingan antara pemerintah Khartoum dan pemberontak Darfur untuk mengatasi konflik itu telah ditunda beberapa kali pada tahun lalu.
Perundingan yang dituanrumahahi Qatar itu sebelumnya dijadwalkan berlangsung pada 28 Oktober namun pertemuan tersebut ditunda sampai 16 November karena waktunya bertepatan dengan pertemuan puncak Uni Afrika. Jadwal terakhir itu pun ditunda hingga waktu yang belum ditentukan, kata penengah PBB dan Uni Afrika.
Ketegangan meningkat di Sudan setelah Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) pada 4 Maret 2009 memerintahkan penangkapan terhadap Beshir.
Jurubicara ICC Laurence Blairon mengatakan kepada wartawan di pengadilan yang berlokasi di Den Haag, surat perintah penangkapan terhadap Beshir itu berisikan tujuh tuduhan -- lima kejahatan atas kemanusiaan dan dua kejahatan perang.
Sudan bereaksi dengan mengusir 13 organisasi bantuan dengan mengatakan, mereka telah membantu pengadilan internasional di Den Haag itu, namun tuduhan tersebut dibantah oleh kelompok-kelompok bantuan itu.
Sejumlah pejabat PBB yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan, pengusiran badan-badan bantuan itu akan memiliki dampak yang sangat merugikan bagi rakyat Darfur.
Para ahli internasional mengatakan, pertempuran tujuh tahun di Darfur telah menewaskan 300.000 orang dan lebih dari 2,7 juta orang terusir dari tempat tinggal mereka. Khartoum mengatakan, hanya 10.000 orang tewas. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010