Sanaa (ANTARA News/AFP) - Kelompok Al-Qaeda hari Minggu mengklaimbertanggung jawab atas serangan mematikan pada Juni terhadap markasintelijen di kota pelabuhan Aden, Yaman bagian selatan.

"Brigade Jamil Nasser al-Ambari menyerang markas besar intelijen diAden, yang menewaskan tidak kurang dari 24 perwira dan prajurit," katacabang Al-Qaeda Yaman dalam sebuah pernyataan.

Para pejabat di Yaman menyatakan bahwa 11 orang, yang mencakup tujuhpersonel militer, tiga wanita dan seorang anak laki-laki berusia tujuhtahun, tewas dalam serangan itu.

Pernyatan kelompok Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) juga menolakklaim pemerintah bahwa tersangka dalang serangan itu telah ditangkap,dengan mengatakan bahwa Goudol Mohammed Ali Naji tidak memiliki kaitandengan serangan tersebut.

"Goudol, yang penangkapannya telah diumumkan oleh mereka (pihakberwenang Yaman), tidak berhubungan dengan operasi itu," kata AQAP.

Kelompok itu juga mengancam memberikan tanggapan yang menimbulkanbencana atas penyerbuan pemerintah di sebuah daerah pegununganterpencil pada Desember yang menewaskan 34 anggota Al-Qaeda, menurutsumber-sumber keamanan.

Sehari setelah serangan terhadap markas intelijen di Aden, pasukan Yaman dikabarkan menangkap dalang serangan itu.

Komite keamanan tinggi Yaman mengatakan dalam sebuah pernyataan,penyelidikan pendahuluan menunjukkan bahwa serangan itu memilikiciri-ciri Al-Qaeda.

Minggu (20/6), Kementerian Pertahanan Yaman mengumumkan bahwa aparatkeamanan telah menangkap dalang serangan Al-Qaeda terhadap markasintelijen di kota wilayah selatan, Aden, yang menewaskan 11 orang.

"Aparat keamanan telah... (menangkap) pemimpin geng teroris yangmenyerang markas intelijen yang menewaskan agen-agen intelijen, wanitadan anak-anak," kata kementerian itu di situs beritanya, 26sep.net.

Kementerian itu mengidentifikasi orang yang ditangkap sebagai GoudolMohammed Ali Naji dan mengatakan, ia adalah seorang anggota Al-Qaeda.

Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden danhingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara danselatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk RepublikYaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjaditempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utaramenggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam danmendiskriminasi mereka.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidakmendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama denganpengkhianatan.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara ituakan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untukmemperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnyamenjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAPmenyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang ASpada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka wargaNigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepadaorang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiahdi wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan danserangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan ArabSaudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana seranganbunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman padapertengahan Desember.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelahutara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkansasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asingdan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang disitus 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010