Jakarta (ANTARA News) - Tim tenis putra Indonesia akhirnya takluk 1-4 di tangan regu tamu Thailand, setelah Christopher Rungkat dan David Agung Susanto menyerah di tangan lawan-lawan mereka pada pertandingan haru ketiga babak kedua Grup II zona Asia Oceania kejuaraan tenis beregu putra Piala Davis di Stadion Tenis Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu malam.
Christo, demikian Christoper biasa disapa, dikalahkan pemain tunggal pertama Thailand, Kittipong Wachiramanowong, 4-6, 6-2, 6-4, 6-4. Sementara David kalah 6-3, 6-4 melawan pemain tunggal kedua Thailand, Weerapat Doakmaiklee.
Sebelumnya pada pertandingan hari pertama Jumat, Christo menang atas Weerapat, dan pemain tunggal kedua Indonesia Sunu Wahyu Trijati kalah melawan Kittipong Wachiramanowong. Pada hari kedua, Sabtu, ganda Indonesia, Christo/Ketut Nesa Artha, dikalahkan ganda Thailand, si kembar Sonchat dan Sochai Ratiwatana.
Christo tampil tidak seratus persen saat melawan Kittipong tersebut. Penampilannya jauh di bawah pada hari pertama ketika dia mengalahkan Weerapat 6-4, 6-2, 6-0. Servis dan pukulan forehand-nya tidak setajam saat menghadapi Weerapat.
Menurut Christo, hal itu disebabkan dia tampil dengan kondisi fisik yang kurang bagus. "Badan saya rasanya pegal-pegal semua.Saya tampil dengan fisik sekitar 60 persen. Namun demikian, itu seharusnya tidak menjadi alasan. Kittipong kali ini main sangat bagus. Dia bisa lolos dari tekanan setelah kehilangan set pertama. Dia juga tampil penuh percaya diri pada poin-poin penting sehingga dapat meraih poin dan memenangkan pertandingan," kata Christo terus terang.
Ditambahkan oleh Christo bahwa dia kelelahan mungkin karena harus bertanding merangkap tunggal dan ganda. Christo, peringkat 668 dunia, menjadi tulang punggung utama tim Indonesia.
Setelah Christo kalah dan skor 3-1, Indonesia menampilkan David Agung Susanto pada partai kelima tunggal yang hasilnya tidak berpengaruh apa pun. Semula di pertandingan kelima ini disiapkan Sunu bila Christo dapat mengambil satu angka dari Kittipong.
Pada pertandingan partai kelima yang berlangsung the best of three sets match (karena Thailand sudah menang 3-1), David Agung juga tidak mampu berbuat banyak. Harus diakui dia masih kalah pengalaman dari Weerapat sehingga akhirnya kalah.
Sebelum pertandingan Piala Davis dilaksanakan, tim Indonesia semula mengharapkan dua angka dari Christo di nomor tunggal dan satu angka dari Sunu di nomor tunggal. Prakiraan ini sayangnya meleset menyusul kekalahan Sunu dari Kittipong lima set pada hari pertama.
Menanggapi kegagalan Indonesia melawan Thailand tersebut, Manajer Tim Indonesia, Kresno Merdiko, menyatakan semua itu terjadi karena fisik pemain kurang bagus."Seperti yang telah saya katakan terdahulu bahwa kekalahan kita dari Thailand karena fisik pemain-pemain kita buruk. Anda lihat sendiri, Sunu dan Christo akhirnya kalah karena fisik mereka menurun. Dari segi teknik kita tidak kalah," tutur Manajer Merdiko.
Dengan kekalahan ini Indonesia tetap berada di Grup II zona Asia Oceania kejuaraan tenis beregu Piala Davis. Sebaliknya tim Thailand maju ke babak final Grup II menghadapi tim Selandia Baru yang menang 3-2 atas regu Pakistan.
Pertemuan Indonesia dengan Thailand di arena Piala Davis ini merupakan yang kelima. Skor sementara 3-2 untuk tim Thailand, dan untuk pertama kalinya Thailand menang di Indonesia. Sebelumnya pada tahun 1976 dan 1988 tim Thailand kalah melawan tim Indonesia di Jakarta.
Martina Kecewa
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Lapangan Indonesia (Pelti) Martina Wijaya menyatakan kecewa dengan sikap Kapten Tim Thailand Paradorn Sricapan.
"Saya kecewa ketika pada set ketiga Christo melawan Kittipong dan bola masih dalam permainan, Paradorn selalu kapten tim dia tiba-tiba berdiri dan menyatakan bola Christo keluar. Karena tindakannya kemudian wasit meminta pertandingan itu diulang dan dianggap tidak ada yang dapat poin," kata Martina.
Sebagai kapten, pemain terkemuka di Asia, menurut Martina, tindakan paradorn tersebut sebagai intrik yang tidak fair. "Setahu saya yang bisamemutuskan bola masuk atau keluar adalah penjaga garis, wasit atau chair umpire, dan refree. Pemain tidak berhak. Seharusnya Paradorn diberi peringatan," ujar Martina.
"Saya akui kita kalah dari tim Thailand, tetapi saya kecewa pada tindakan Paradorn yang tidak fair," kata Martina dalam nada kesal. (ANT/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010