Jakarta (ANTARA News) - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat KH Achmad Mubarok mengatakan almarhum KH Idham Chalid merupakan sosok kiai yang memiliki pemikiran sangat aplikatif dan diterima oleh masyarakat Indonesia.
"Pemikirannya yang cemerlang serta sikapnya yang bersahaja membuat masyarakat Nadliyin (warga NU) terus memberikan kepercayaan kepada dirinya untuk memimpin organisasi Nahdlatul Ulama dalam waktu sangat lama," kata Achmad Mubarok ketika dihubungi ANTARA, Minggu.
Menurut dia, KH Idham Chalid mendapat amanah menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulam (PBNU) selama 28 tahun sejak 1956 hingga 1984.
Selama memimpin PBNU, kata dia, kiprah almarhum KH Idham Cholid adalah melahirkan dan membesarkan Partai NU yang kemudian berubah menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) setelah terjadi perubahan situasi politik nasional dari era orde lama menjadi era orde baru.
"Gagasan almarhum KH Idham Chalid yang sangat aplikatif yakni melakukan fusi partai-partai Islam menjadi PPP diterima semua pihak," katanya.
Dengan gagasan fusi atau penggabungan beberapa partai menjadi satu partai, kata dia, tidak ada pihak yang merasa terbuang dan dipermalukan.
Seluruh politisi dari partai Islam, kata dia, tetap merasa terwakili dan bisa berkiprah dalam wadah PPP.
Menurut Mubarok, kelebihan almarhum KH Idham Chalid lainnya, adalah sikap dan penampilannya yang selalu bersahaja serta memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat.
"Almarhum KH Idham Chalid adalah sosok pemimpin yang selalu konsisten sebagai kiai dan ciri kekiaian," kata guru besar dari Universitas Islam Negeri Jakarta ini.
Selain menjadi Ketua Umum PBNU pada 1956-1984, almarhum KH Idham Chalid juga menjadi Ketua DPR/MPR pada 1972-1977.
KH Idham Chalid meninggal dunia pada usia 88 tahun di kediamannya di komplek Pondok Pesantren Daarul Ma`arif di Cipete, Jakarta, pada Minggu sekitar pukul 08.00 WIB.
Almarhum direncanakan akan dimakamkan di Cisarua Bogor, pada Senin (12/7) pagi.(*)(T.R024/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010