"Begitu peserta didik lulus pada 2019, maka beberapa kamp vokasi telah dialihfungsikan menjadi sekolah menengah kejuruan," kata Deputi Direktur Publikasi Partai Komunis China (CPC) Xinjiang Xu Guixiang di Kashgar, Selasa.
Sayangnya, juru bicara CPC Xinjiang itu menolak menyebutkan jumlah kamp vokasi yang telah dialihfungsikan.
SMK Jiashi di Kotapraja Awati, Prefektur Kashgar, merupakan salah satu bekas kamp vokasi.
Gedung yang dibangun pada 2012 di atas lahan seluas 182.668 meter persegi itu selesai digunakan sebagai kamp vokasi setelah para penghuninya menyelesaikan pendidikan pada Oktober 2019.
Dua bulan berikutnya fungsinya diubah menjadi SMK dengan jumlah murid 1.100 orang, baik putra maupun putri, dengan usia rata-rata 15-18 tahun.
Mereka menjalani pendidikan kejuruan selama tiga tahun, seperti perawat kesehatan, perawat bayi, penata rias, penata rambut, dan lain-lain.
Mereka tinggal di asrama yang dipisahkan antara murid putra dan murid putri. Selama menjalani pendidikan tersebut, para siswa tidak dikenai biaya.
"Selama tinggal di sini kami juga mendapatkan subsidi sebesar 200 yuan per bulan," kata seorang siswa SMK Jiashi saat ditemui ANTARA di kelas penata rambut, Senin (19/4).
Pemerintah China membangun sejumlah kamp vokasi di Xinjiang sebagai upaya deradikalisasi dan de-ekstremisasi terhadap beberapa warga dari kelompok etnis minoritas Muslim Uighur.
Kebijakan tersebut mendapatkan sorotan dari dunia internasional terkait dugaan pelanggaran hak asasi manusia. (T.M038)
Baca juga: Otoritas Xinjiang gelar temu media dan lulusan kamp vokasi Uighur
Baca juga: Tokoh Uighur dan lulusan kamp Xinjiang temui media asing di Beijing
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021