Solo (ANTARA News) - Lagu Bengawan Solo karangan Gesang seakan mengalir melalui alat musik berasal dari China, "Pipa", pada penampilan penutup hari keempat "Solo International Contemporary Ethnic Music" 2010 di Stadion R. Maladi Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu malam.

Penampilan yang dibawakan oleh seniman musik Taiwan, Lou Chao Yun, sontak membuat sekitar 10 ribu penonton memberikan aplaus yang terlihat meriah karena lagu tersebut diciptakan oleh maestro berasal dari Kota Solo yang belum lama ini meninggal dunia.

"Lagu ini saya dedikasikan untuk warga Solo dan maestro Gesang," kata Lou Chao Yun sebelum memainkan alat musik yang semacam kecapi tradisional itu.

Alunan nada dari petikan dawai pipa yang dimainkan Lou memberi suasana haru bagi masyarakat Solo yang menjadi mayoritas penonton pertunjukan tersebut.

Suasana haru semakin terasa ketika disuguhkan tampilan berbagai foto almarhum Gesang saat Lou memainkan alat musiknya.

Usai memainkan lagu yang juga menjadi maskot bagi Kota Solo, gemuruh aplaus dari penonton terkesan lebih kencang terdengar sebagai tanda apresiasi mereka terhadap penampilan seniman yang telah pentas di beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Portugal, Pakistan, Nepal, dan Indonesia itu.

Selain suasana haru, suasana riang juga hadir melalui seniman lainnya seperti Yani Newar dan Tawa Tanah berasal dari Flores, Elizar Koto (Padang), Sonofa (Singapura), dan Albert Chimedza (Zimbabwe).

Sebagai penampil pertama, Yani Newar dan Kelompok Musik Tawa Tanah tampak sukses membuka acara dengan paduan musik khas Flores dan musik pop, dangdut, serta reggae yang menciptakan suasana riang.

Suasana semakin terkesan bergairah ketika kelompok musik Sonofa yang ditunggu-tunggu oleh kawula muda karena kiprahnya selama ini, muncul sebagai penampil kedua.

Dengan memadukan musik elektro dan sejumlah musik tradisional khas Melayu, Sonofa berhasil membuat sebagian besar penonton yang berdiri bergoyang mengikuti musik yang dibawakan kelompok tersebut.

Seakan tak mau kalah, penonton yang duduk di kursi juga ikut bertepuk tangan, tanda mereka menyatu dengan musik dari kelompok yang berhasil mendapatkan penghargaan kelompok musik paling inovatif dalam Singapore Band Challenge 2008.

Pada penampilan yang ketiga, Albert Chimedza yang berkolaborasi dengan kelompok gamelan pimpinan Peni Chandra terlihat memukau penonton dengan permaianan alat musik khas Zimbabwe, "mbira", yang nada-nadanya diinovasi seperti nada-nada gamelan.

Usai penampilan ketiga tersebut, Elizar Koto dan kelompok musiknya membuat penonton bergoyang mengikuti paduan musik tradisional khas Padang dengan musik modern.

Secara keseluruhan penampilan artis dan kelompok musik pada pertunjukan yang berakhir menjelang tengah malam tersebut telah membuat ribuan penonton tampak puas. Mereka terlihat bertepuk tangan usai pertunjukan tersebut.

"Solo International Contemporary Ethnic Music" (SIEM) 2010 yang diselanggarakan di Stadion R. Maladi atau juga disebut sebagai Stadion Sriwedari Kota Solo, Jawa Tengah, itu akan berakhir pada Minggu (11/7) malam.
(PSO-062/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010