Kabul (ANTARA News/AFP) - Enam tentara Amerika Serikat tewas pada Sabtu dalam kejadian terpisah saat melawan pejuang pimpinan Taliban di Afghanistan, kata NATO.
Tiga tentara tewas di Afghanistan timur dan dua di selatan, kata Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO.
Tentara keenam Amerika Serikat tewas akibat kecelakaan ledakan, kata pejabat ISAF kepada kantor berita Prancis AFP dengan syarat tak dikenali.
Kematian enam menjadikan 352 jumlah tentara asing tewas dalam perang Afghanistan sepanjang tahun ini, kata hitungan AFP berdasarkan atas laman mandiri icasualties.org.
Itu korban tewas terbanyak dalam sehari sejak kematian 10 tentara asing pada 21 Juni, yang juga hari terburuk pada tahun ini bagi pasukan asing.
Pernyataan ISAF mengatakan penyebab kematian di timur adalah tembakan senjata ringan, serangan bom buatan rumahan dan "serangan tertentu" pemberontak.
Kedua tentara tewas di selatan terlibat dalam serangan terpisah dengan bom rumahan, yang dikenal dengan peledak rakitan (IED).
Tentara Amerika Serikat terlibat dalam gerakan besar di propinsi Kunar di perbatasan bagian timur Afghanistan dengan Pakistan, meskipun ISAF tidak memastikan bahwa kematian di timur itu berkaitan dengan serangan tersebut.
Meskipun kebijakan ISAF tidak mengungkapkan kebangsaan tentara itu, pejabat -yang minta tak dikenali- menyatakan semua korban tersebut orang Amerika Serikat.
Amerika Serikat, dengan hampir 100.000 dari 140.000 tentara asing di Afghanistan, menanggung beban terbesar dalam peningkatan jumlah kematian itu, dengan 224 tentaranya tewas sepanjang tahun ini dan 1.171 sejak perang tersebut dimulai pada 2001.
Pada Juni, lebih dari 102 tentara asing tewas, jumlah tertinggi bulanan sejak perang itu dimulai dengan serbuan pimpinan Amerika Serikat untuk menggulingkan pemerintah Taliban pada 2001.
IED menjadi pembunuh terbesar, digunakan Taliban dengan kecermatan mematikan, karena kebanyakan dikendalikan dari jauh atau diledakkan oleh tekanan ketika kendaraan melindasnya atau orang menginjaknya saat meronda.
Pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan tiga miliar dolar untuk penjejak dan ahli IED dalam beberapa pekan mendatang, untuk memperkuat pertahanan terhadap bom murah dan mudah dibuat itu.
Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Juni menandai peningkatan "menguatirkan" 94 persen dalam serangan IED dalam empat bulan pertama tahun ini jika dibandingkan dengan pada 2009, saat tentara menyatakan penggencaran perang melawan Taliban berhadapan dengan serangan lebih sengit.
Pemimpin tentara -termasuk Jenderal Amerika Serikat David Petraeus, yang menjabat panglima pasukan asing di Afghanistan pada Minggu- memperingatkan bahwa musim panas ini akan terjadi pertempuran hebat dan peningkatan dalam jumlah korban.
Tapi, lonjakan jumlah tentara NATO tewas adalah berita tak disukai di ibukota Barat, tempat pemimpin politik berada di bawah peningkatan tekanan dari pemilihnya, yang tak mau menerima harga untuk perang di tempat jauh dan tampak tiada ahir itu.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001. (B002/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010