Brasilia (ANTARA News) - Suku pribumi di Brazil masih menghadapi pelecehan oleh polisi dan pemilik tanah, dipaksa meninggalkan tanah mereka akibat pekerjaan umum yang luas dan kekurangan gizi yang layak serta perawatan kesehatan, demikian keterangan satu kelompok agama, Jumat.
Pada 2009, 60 orang dari suku pribumi dibunuh di seluruh negeri tersebut, lebih separuh dari mereka di negara bagian Mato Grosso do Sul di bagian barat-daya negeri tersebut. Sejak 2005 wilayah itu telah menempati posisi teratas dalam kategori tersebut dan menjadi tempat "rasisme institusional" dan "pendudukan tanah" merebak, kata laporan itu.
Missionary Indigenous Council, di dalam laporannya, mendapati bahwa pekerjaan umum yang luas seperti bendungan pembangkit listrik tenaga air Belo Monte --yang didirikan di hutan negara bagian Para, memiliki "konsekuensi bencana yang tak dapat diubah bagi lingkungan hidup dan masyarakat di wilayah itu".
Bendungan terbesar ketiga di dunia tersebut, segera setelah selesai, akan menggusur seluruh masyarakat asli di daerah itu, "termasuk mereka yang memiliki sedikit atau tak memiliki kontak" dengan dunia luar, tambah dewan tersebut --yang merupakan bagian dari National Bishops Confederation.
Akhirnya, laporan itu menyatakan angka "mengerikan" kekurangan gizi dan kematian bayi di kalangan masyarakat asli, dan "peningkatan aksi kejahatan" atas pemimpin mereka karena perjuangan mereka untuk mendukung hak suku asli di seluruh negeri tersebut.
Secara khusus, laporan itu menyebut-nyebut penangkapan setahun lalu di negara bagian Bahia di bagian timur-laut negeri tersebut atas lima pemimpin Tupinamba. Mereka juga mengalami perlakuan kejam, antara diborgol, mata mereka disemprot lada dan disetrum.(C003/S008)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010