Yogyakarta (ANTARA News) - Pimpinan baru Aisyiyah telah ditetapkan dalam Muktamar ke-46 Aisyiyah di Yogyakarta, Kamis, dan nama yang kemudian disahkan sebagai ketua umum adalah Siti Noordjanah Djohantini, seorang kader muda dari persyarikatan perempuan Muhammadiyah tersebut.
Sebagai sebuah organisasi, Aisyiyah yang berdiri pada 1917 di Yogyakarta tersebut membuktikan diri mampu beregenerasi, setelah dua periode terakhir berada di bawah kepemimpinan dari kader yang sama, Siti Chamamah.
"Aisyiyah adalah organisasi yang maju dan profesional. Tandanya, ketua lama Aisyiyah mampu menyediakan kader atau melakukan regenerasi. Organisasi dikatakan gagal apabila ketuanya tidak mampu melakukan regenerasi," kata Siti Chamamah.
Ia menyatakan, telah mempersiapkan penggantinya sejak awal. Siti Noordjanah Djohantini yang dikenal tegas dan berkharisma tersebut dipersiapkan sejak 10 tahun lalu.
"Dulu, saya juga disiapkan. Dan percayalah, ketua umum yang terpilih sekarang adalah yang paling bagus," tegasnya sambil mengenang perjalanannya bersama Aisyiyah yang telah berlangsung sejak 1968.
Meskipun tidak lagi menjadi ketua umum, namun Siti Chamamah masih masuk dalam 13 anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama Masyitoh Chusnan, Dyah Siti Nuraini, Shoimah Kastolani, Siti Aisyah, Nurni Akma, Trias Setiawati, Widyastuti, Atikah M Zakki, Rohimi Zam Zam, Siti Hadiroh Ahmad, dan Susilahati.
Dari 13 anggota PP Aisyiyah periode 2010-2015, delapan orang di antaranya adalah nama-nama lama yang juga menduduki anggota PP Aisyiyah periode 2005-2010.
Sementara itu, Ketua Umum PP Aisyiyah yang terpilih secara aklamasi Siti Noordjanah berharap dapat melaksanakan amanah organisasi yang akan diembannya setidaknya dalam waktu lima tahun mendatang.
"Saya berharap dapat melaksanakan amanah yang diberikan. Selama ini, saya selalu merasa kalah dari Ibu Chamamah, beliau adalah perempuan yang luar biasa," katanya.
Noordjanah mengaku sangat kagum dengan semangat Siti Chamamah yang telah 42 tahun mengabdikan dirinya bersama Aisyiyah untuk kepentingan umat.
"Banyak hal yang ingin beliau capai. Pemikirannya pun sangat cepat, secepat langkah kakinya meski beliau sudah berumur. Saya saja terkadang kalah cepat," katanya.
Ia berharap, seluruh Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) yang telah tersebar di 33 provinsi yang berada di Indonesia dapat menguatkan cabang dan ranting Aisyiyah yang berada di dalamnya, termasuk menyiapkan regenerasi, bahkan jika memungkinkan di dalam musyawarah wilayah pun terjadi regenerasi.
Selama lima tahun ke depan, organisasi tersebut akan terus memfokuskan kegiatannya pada masalah-masalah sosial kemasyarakatan dengan berbagai rekomendasi mulai dari agama, lingkungan hingga ekonomi dan politik yang telah ditetapkan dalam muktamar tersebut.
"Kami percaya, perempuan dan laki-laki diciptakan tanpa adanya diskriminasi. Kami ingin menjadi sebuah gerakan yang mencerahkan," katanya.
Ajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah,
Berbagai langkah strategis pun telah dilakukan Aisyiyah untuk mendukung gerakan sosial kemasyarakatan tersebut, misalnya melakukan nota kesepahaman bersama dengan Kementerian Kehutanan di bidang rehabilitasi lingkungan hidup dan dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di bidang pembinaan moral untuk tahanan.
Kedua kementerian tersebut menilai, Aisyiyah sebagai organisasi perempuan memiliki peran penting dalam pembangunan negara. (E013/Z002)
Oleh Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010