Dunia menginginkan keadilan, bukan hegemoni,Boao, China (ANTARA) - Presiden China Xi Jinping pada Selasa mengatakan bahwa sistem pemerintahan global harus dibuat lebih patut dan adil, dan bahwa aturan yang ditetapkan oleh satu negara atau beberapa negara tidak dapat diterapkan pada negara lain.
Membangun penghalang dan mendorong pemisahan akan merugikan orang lain dan tidak menguntungkan siapa pun, kata Xi dalam pidato utamanya di Forum Boao tahunan untuk Asia, yang merupakan jawaban China atas konferensi Davos.
China telah lama menginginkan reformasi dalam pemerintahan global di mana perspektif dan nilai dari banyak negara tercermin, termasuk negaranya sendiri, daripada hanya beberapa negara besar.
Baca juga: Biden sebut China akan tanggung akibat dari tindakan terkait HAM
Baca juga: Xi beritahu Biden konfrontasi China-AS jadi bencana untuk kedua negara
Beijing telah berulang kali bentrok dengan beberapa negara pemangku kepentingan terbesar dalam pemerintahan dunia, khususnya Amerika Serikat, karena berbagai masalah mulai dari hak asasi manusia hingga pengaruh ekonomi China atas negara lain.
"Dunia menginginkan keadilan, bukan hegemoni," kata Xi.
"Sebuah negara besar harus terlihat seperti negara besar dengan menunjukkan bahwa ia memikul lebih banyak tanggung jawab," ujarnya, tanpa menyebut nama negara mana pun.
Pada Jumat (16/4), Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengadakan pertemuan tatap muka -- yang pertama di Gedung Putih sejak ia menjabat -- dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, dengan membahas China sebagai agenda utama.
Dalam pernyataan bersama, kedua pemimpin mengatakan mereka "berbagi keprihatinan serius" tentang situasi hak asasi manusia di Hong Kong dan wilayah Xinjiang China, di mana Washington mengatakan Beijing melakukan genosida terhadap Muslim Uighur. Namun, China telah membantah tentang adanya pelanggaran HAM.
Dalam pertunjukan nyata kerja sama ekonomi AS-Jepang dengan mengesampingkan China, Biden mengatakan Amerika Serikat dan Jepang akan bersama-sama berinvestasi di berbagai bidang seperti teknologi 5G, kecerdasan buatan, komputasi kuantum, genomik, dan rantai pasokan semikonduktor.
Sumber: Reuters
Baca juga: Hampir 100 negara optimis demokrasi sistem terbaik hadapi pandemi
Baca juga: Akademisi AS: Negara maritim perlu perbaiki sistem perikanan
Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021