"Sekarang kita tidak dapat menghitung dampak kenaikan TDL, karena kita juga belum mendapat kejelasan besaran kenaikannya," kata Kalay Selwan, Vice President Public Relations PT Asia Pasific Fibers Tbk (produsen benang), di Semarang, Jumat.
Selwan menjelaskan kebutuhan listrik perusahaan di Kendal tersebut sangat tinggi dan seluruh pekerjaan produksi benang menggunakan listrik dari PLN.
"Kebutuhan listrik kita 150 KVA dan yang digunakan 38 mega watt. Jadi kalau ada kenaikan, dampaknya besar," katanya.
Ia mengaku sejak 6 tahun terakhir seluruh mesin tua di perusahaan yang berdiri sejak 26 tahun lalu ini, telah diganti demi efisiensi listrik.
Perusahan tidak menaikkan harga jual, apalagi satu bulan terakhir harga benang di pasaran turun Rp1.000 per kilogram.
"Jika harga benang naik, tidak ada yang beli karena di luar negeri harga benang juga turun," kata Selwan.
Selwan menyebutkan hasil produksi benang sebanyak 65 persen dijual di dalam negeri dan 35 persen ekspor ke Amerika Latin, Turki, Denmark, Brazil, dan Amerika.
"Kita ekspor paling banyak ke Amerika Latin dan Turki. Untuk penjualan di dalam negeri ke Bandung," katanya.(*)
N008/H-KWR/AR09
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010
Sebenarnya sistem kontrol perdagangan kita sangat ngak transparan sejak jaman baheula kata ortu kita yang dah wafat.