Semarang (ANTARA News) - Pameran bonsai tingkat nasional bertajuk "Gemilang Nusantara 2010" di Semarang, Jumat hingga Juli 2010, menampilkan sebanyak 434 tumbuhan kerdil.
"Pameran bonsai ini tidak hanya sekadar ajang pamer, tetapi juga menjadi ajang bersifat kompetisi," kata Ketua Persatuan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Cabang Semarang, Sarno Kosasih, di Semarang, Jumat.
Pameran yang digelar di kompleks Rumah Makan Pondok Daun Semarang itu dibuka oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah, Rustriningsih. Wakil Wali Kota Semarang terpilih, Hendri Hendrar Prihadi juga tampak hadir.
Sarno menyebutkan para peserta berasal dari berbagai daerah di Indonesia, di antaranya Purworejo yang menampilkan lima koleksi, Jepara 40 koleksi, Bojonegoro 20 koleksi, dan Semarang menampilkan 115 koleksi.
Para peserta dari luar Jateng dan luar Jawa pun tak ketinggalan, lanjutnya, seperti dari Jakarta yang menampilkan 11 koleksi, Bali menampilkan 22 koleksi, Yogyakarta 13 koleksi, dan Pamekasan 13 koleksi.
"Pameran serupa pernah diadakan sekitar 2010 lalu di Semarang, karena ajang kreativitas pencinta bonsai tingkat nasional memang jarang dilakukan. Kalau ajang-ajang kecil sudah cukup sering," katanya.
Ia mengatakan pameran itu memperlombakan bonsai-bonsai kesayangan dalam lima kategori kelas, yakni kelas Bintang, Utama, Madya, Regional, dan Prospek. "Kelas Bintang yang paling bergengsi," katanya.
Menurut dia, hobi memelihara bonsai memang membutuhkan ketelatenan dan keuletan dari pengoleksinya untuk membuat bonsai kesayangannya tampil sehat, indah, dan proporsional.
"Tanaman-tanaman yang dipilih untuk dibonsai kebanyakan asli Indonesia," kata Sarno yang juga ikut ambil bagian dalam ajang itu dan bonsainya meraih juara kedua dan ketiga untuk kelas Bintang.
Sementara itu, Rudi Julianto, peserta pameran mengaku telah mengirimkan 13 bonsai koleksinya untuk tampil dalam sejumlah kelas di ajang tersebut, dan beberapa di antaranya tampil sebagai juara.
"Memelihara bonsai itu menimbulkan suatu kepuasan dan ketenangan bagi pemiliknya, apalagi seninya justru terletak pada tidak akan berhentinya kreativitas pengoleksi untuk memoles bonsai kesayangannya," katanya.
Menurut dia, umur setiap pohon yang dipilih untuk dijadikan bonsai bervariasi, tetapi rata-rata puluhan tahun. Karena itu, kreativitas pengoleksi untuk membentuk bonsai akan selalu berjalan.
"Saya sendiri telah menggeluti hobi bonsai ini sejak 1987. Bagi saya, seni membonsai adalah perpaduan seni rupa dengan kealamian," kata Rudi seraya menunjuk bonsai pohon Santigi kesayangannya.
Untuk bonsai pohon Santigi tersebut, kata peserta asal Semarang itu, membutuhkan waktu sekitar tujuh tahun untuk memolesnya hingga siap mengikuti kontes. "Dan, itu bukan waktu yang singkat," ujarnya.
Wakil Wali Kota Semarang terpilih, Hendi, yang ditemui terpisah juga mengaku masih sebatas coba-coba untuk menekuni hobi tersebut, dan berniat untuk menambah koleksi bonsai kesayangannya.
"Saya sudah punya dua bonsai di rumah, ya, nanti lihat-lihat dulu kalau memang ada yang cocok di hati akan saya tambahkan dalam koleksi saya," kata Wakil Wali Kota Semarang periode 2010-2015 itu.(*)
(U.KR-ZLS/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010