Abuja (ANTARA News/AFP) - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan sanksi-saksi baru yang diberlakukan terhadap negaranya tidak akan menghambat program nuklir Iran, tetap melawan tekanan Barat yang meningkat.
Berbicara, Kamis setelah pertemuan dengan para pemimpin Muslim di satu KTT di Nigeria, pemimpin Iran itu mengatakan tidak masalah berapa banyak resolusi sanksi disahkan,"tidak akan ada perobahan sedikitpun dalam program nuklir kami."
"Resolusi-resolusi itu hanyalah setumpukan kertas," katanya melalui seorang penerjemah.
Ahmadinejad yang menyatakan penolakan kerasnya terhadap sanksi-sanksi baru yang disetujui Dewan Keamanan PBB dan beberapa negara Barat itu, sebelumnya menyebutnya satu "kumpulan kertas yang harus dibuang ke tong sampah".
Tetapi ketua badan tenaga atom Iran, Ali Akbar Salehi, mengaku untuk pertama kali, Rabu bahwa tindakan-tindakan itu "mungkin menghambat" kegiatan nuklirnya.
"Siapapun tidak dapat mengatakan saksi-saksi itu tidak efektif," kata kantor berita ISNA mengutip pernyataan Salehi.
Ahmadinejad mengatakan persyaratan-persyaratan tertentu harus dipenuhi sebelum dimulainya kembali perundingan-perundingan nuklir yang macet dengan enam negara dunia.
Tuntutan Iran menyangkut kemampuan nuklir Israel dan memasukkan negara-negara yang belum disebut namanya dalam perundingan-perundingan itu, katanya. Israel diduga keras sebagai satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki senjata nuklir.
Ia menuduh apa yang disebut lima negara anggota tetap Dewan Keamanan ditambah satu negara (kelompok 5+1) berusaha melemahkan posisi Iran, memaksa negara itu menangguhkan perundingan untuk menghukum mereka karena "kelakuan mereka yang sangat jelek".
Kelompok 5+1 termasuk lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB--Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat --plus Jerman.
Ahmdinejad mengatakan sanksi-sanksi itu juga satu usaha untuk mengalihkan perhatian dari serangan yang menimbulkan korban jiwa terhadap satu armada kapal yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza Mei lalu yang menewaskan sembilan aktivis pro Palestina-- delapan
warga Turki dan seorang warga AS keturunan Turki-- tewas.
"Mereka ingin mengirim satu pesan kepada Brazil dan Turki bahwa tidak seorangpun dapat bertindak di luar ... negara-negara besar dunia, dan pada saat yang sama mereka ingin mengalihkan perhatian dari skandal yang diciptakan rezim Zionis itu," katanya.
Brazil dan Turki mencapai satu kesepakatan dengan Iran yang bertujuan untuk membantu pertukaran bahan nuklir dengan Rusia dan Prancis.
Sanksi-sanksi baru Dewan Keamanan PBB diberlakukan terhadap Iran 9 Juni, dan kemudian AS dan Uni Eropa melakukan tindakan-tindakan tambahan secara sepihak terhadap Iran.
Pemerintah-pemerintah Barat menduga program nuklir Iran adalah satu usaha terselubung untuk membuat senjata nuklir. Tuduhan itu berulang-ulang dibantah Teheran dan menegaskan program nuklirnya hanya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas listrik dan riset medis.
Ahmadinejad berada di Nigeria-- yang menjadi ketua bergilir Dewan Keamanan PBB bulan ini-- untuk menghadiri KTT sehari negara berkembang (D-8) di Abuja.
Kelompok Delapan (D-8) yang berpusat di Istambul itu beranggotakan Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran,Malaysia, Nigeria, Pakistan dan Turki dengan jumlah penduduk seluruhnya 930 juta jiwa.
Setelah tiba, Rabu, Ahmadinejad menyebut Amerika Serikat satu diktator global dan mengecam Israel.
Pidato Ahmadijnejad Rabu petang di negara Afrika Barat itu, di mana warga Muslim merupakan separuh dari 150 juta jiwa penduduk negara itu mendapat sambutan hangat dari massa, yang meneriakkan yel-yel "Nigeria mendukung Iran".(*)
(Uu/H-RN/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010