JP Morgan sekarang memperkirakan harga Brent menembus angka 70 dolar AS pada Mei

New York (ANTARA) - Harga minyak sedikit menguat pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), didukung oleh dolar AS yang lebih lemah tetapi kenaikannya dibatasi oleh kekhawatiran tentang dampak permintaan dari meningkatnya kasus virus corona di India.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni terkerek 28 sen atau 0,4 persen, menjadi ditutup di 67,05 dolar AS per barel, setelah melonjak 6,0 persen minggu lalu.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei mengakhiri sesi dengan kenaikan 25 sen atau 0,4 persen, menjadi 63,38 dolar AS per barel, setelah terangkat 6,4 persen minggu lalu.

Dolar AS diperdagangkan pada level terendah enam minggu versus mata uang utama lainnya pada Senin (19/4/2021), dengan imbal hasil obligasi pemerintah melayang mendekati terlemah dalam lima minggu.

Baca juga: Minyak turun, tapi raih kenaikan mingguan di tengah harapan pemulihan

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama sainggannya, turun 0,53 persen menjadi 91,0709 pada akhir perdagangan Senin. Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Namun, kasus COVID-19 telah melonjak di India, importir dan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, mengurangi optimisme untuk pemulihan permintaan global yang berkelanjutan.

"Jika pelemahan dalam dolar AS berbasis luas hari ini dipertahankan, kompleks energi akan mampu mempertahankan sebagian besar keuntungan minggu lalu," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates, dikutip dari Reuters.

"Bahaya utama bagi berlanjutnya penguatan harga minyak adalah kemungkinan munculnya kasus COVID-19 dalam skala luas ... sebagian besar Asia melihat peningkatan baru dalam kasus-kasus yang dapat memaksa penilaian ulang atas penyesuaian permintaan minyak global yang meningkat baru-baru ini."

India melaporkan rekor peningkatan infeksi, yang mengangkat keseluruhan kasus menjadi lebih dari 15 juta, menjadikan negara itu yang terkena dampak terparah kedua setelah Amerika Serikat, yang telah melaporkan lebih dari 31 juta infeksi.

Kematian akibat COVID-19 di India juga naik dengan rekor 1.619 menjadi hampir 180.000.

Wilayah ibu kota Delhi memerintahkan penguncian enam hari, bergabung dengan sekitar 13 negara bagian lain di seluruh India yang telah memutuskan untuk memberlakukan pembatasan, jam malam atau penguncian di kota mereka.

"Langkah-langkah baru ini, meskipun sejauh ini kemungkinan tidak seketat apa yang kita lihat pada Maret 2020, ketika permintaan bensin dan minyak/solar di negara itu turun hampir 60 persen, namun tetap akan membebani konsumsi bahan bakar transportasi," kata konsultan JBC.

Hong Kong akan menangguhkan penerbangan dari India, Pakistan, dan Filipina mulai 20 April karena infeksi virus corona yang diimpor, kata pihak berwenang pada Minggu (18/4/2021).

Memberikan beberapa dukungan, ekspor minyak mentah Arab Saudi turun pada Februari ke level terendah dalam delapan bulan, Joint Organizations Data Initiative (JODI) mengatakan pada Senin (19/4/2021), ketika eksportir minyak terbesar dunia itu secara sukarela membatasi produksi untuk mendukung harga minyak.

JP Morgan sekarang memperkirakan harga Brent menembus angka 70 dolar AS pada Mei, dibandingkan dengan September dalam perkiraan sebelumnya, bank mengatakan dalam sebuah catatan baru-baru ini. Mereka masih memprediksi untuk menyelesaikan tahun ini pada level yang sama sekitar 74 dolar AS.

Baca juga: Emas terpuruk 9,6 dolar tertekan kebangkitan imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Wall Street dibuka turun setelah minggu yang solid

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021