Solo (ANTARA News) - Alat musik gitar tradisional "Pipa Women" yang dimainkan oleh musisi asal Taiwan Lou Chao Yuan menghangatkan festival musik etnik, dalam "Solo Internasional Contemprary Ethnic Music" (SIEM), di Stadion Sriwedari Solo, Jawa Tengah, Kamis malam.

Lou Chao Yuan yang memainkan alat musik tradisional gitar China secara tunggal melakukan inprovisasi dan eksperimen membuat sekitar 10 ribu penonton yang memadati Stadion Sriwesari Solo antusias mengikuti alunan musik tersebut.

Petikan gitar jari Lou yang kadang-kadang diselingi dengan hentakan suaranya menjadi serasi dan merdu serta enak didengar.

Bahkan, penonton yang disuguhi suara alunan musik tradisional China itu, seteru memberkan aplos dan tepuk tangan karena kagum dengan penampilan Lou yang sudah tampil dibeberapa negara antara lain Malaysia, Singapora, Portugal, Pakistan, Nepal dan Indonesia.

Lou yang memainkan gitar tradisionalnya pada SIEM ketiga tersebut membuat penonton menjadi bersemangat dan terharu saat penampilan lagu yang terakhir yang berjudul Indonesia Raya.

Lou dengan jari lentiknya yang kelihatan lincah memetik gitar mengiringi lagu kebangsaan Indonesia dan menyulap ribuan penonton menjadi membara ikut terhanyut menyanyikan dengan semangat bersamanya.

Dengan berakhirkan lagu kebangsaan tersebut, ribuan penonton yang memadati lapangan sepak bola yang dirubah menjadi panggung terlihat glamor SIEM memberikan tepuk tangan yang tak henti-hentinya.

Festival SIEM di Solo juga menyuguhkan paduan musik etnik olahan gitaris kenamaan Dewa Budjana bersama grupnya yang bealiran musik jazz.

Dewa Budjana yang memegang gitar, bersama Jalu (perkusi), Saat (Suling), Sado (bass), Sandi Winarto (drum) membawakan lima lagunya, yakni Kromatik Lagi, malacabay, Gangga, tample island membuat pengunjung yang tidak mau beranjak dari tempat duduknya.

Alunan musik garapan gitaris andalan grup Band Gigi tersebut kelihatan tertata rapi yang sering menonjolkan bunyi alat musik gitar dan bass kadang-kadang diselingi suara alat musik tradisional gendang.

Menurut Dewa Budjana, dirinya sudah beberapa kali ingin tampil pada festival SIEM di Solo dan baru kali ini dapat ada kesempatan bersama musisi profesional tingkat internasional.

"Festival SIEM idenya menarik dan inspiratif. Setahui saya baru kali ini ada festival musik etnik yang gratis dan ditonton oleh ribuan orang," kata Dewa Budjana.

Festival musik etnik tingkat internasional tersebut sebelumnya juga disuguhi penampilan Band Sonofa asal Singapura yang terdiri dari lima musisi dan Iwan Hasan bersama grup band Discus yang membawakan antara musik jazz dan kontenporer.

Bahkan, grup musik acapella asal Padang yang membawakan lagu-lagu daerah minang dengan mendalkan keserasian suara yang pandu antara nyanyian dan suara seperti bunyi alat musik yang pengiringanya.

Ketua Umum SIEM Bambang Sutejo mengatakan, SIEM ketiga tersebut hadir di tengah masyarakat nasional maupun internasional yang mengutamakan kualitas musikal dan fokus pada pematangan konsep.

Menurut Bambang Sutejo, festival SIEM ketiga tersebut dihadiri sekitar 10 ribu pengunjung dan mereka dengan antusias menikmati apa yang disuguhkan. SIEM akan terus berkembang sebagai penetrasi bagi remaja perbaduan musik etnik dan kontenporer. (Ant/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010