Srinagar, India (ANTARA News/AFP) - Pemerintah India hari Kamis mendesak orang-tua di Kashmir agar menjaga putra-putra mereka tetap berada di rumah setelah kematian sejumlah pemuda dalam protes keras pada bulan lalu.
Sedikitnya 15 orang tewas dalam sejumlah insiden ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstrasi marah yang diadakan di lembah Kashmir.
Setiap kematian menyulut kekerasan lebih lanjut meski telah ada seruan agar tenang dari Menteri Besar Kashmir Omar Abdullah. Pemuda dan remaja seringkali termasuk diantara demonstran yang melemparkan batu ke arah pasukan keamanan selama pawai.
"Adalah penting bagi masyarakat tidak turun ke jalan dan memulai pelemparan batu," kata Menteri Dalam Negeri P. Chidambaram kepada wartawan di New Delhi, dengan mengatakan bahwa larangan terhadap pergerakan orang tetap akan diberlakukan selama beberapa hari ini.
"Anak-anak, khususnya pemuda, perlu tetap berada di dalam rumah. Saya beranggapan orang-tua bertanggung jawab untuk memastikan hal itu," kata Chidambaram.
Puluhan ribu prajurit India, pasukan paramiliter dan polisi berpatroli Kamis di wilayah Kashmir yang dikuasai India, untuk menegakkan larangan keluar rumah yang diberlakukan di kota-kota yang berpenduduk mayoritas muslim.
Penutupan dilakukan di Srinagar, ibukota musim panas Kashmir, Selasa, setelah tiga pemrotes tewas dalam penembakan oleh pasukan keamanan.
Kota itu menjadi pusat protes sejak 11 Juni ketika seorang pelajar yang berusia 17 tahun tewas akibat serangan gas air mata oleh polisi.
Larangan keluar rumah telah diabaikan dalam beberapa hari ini, namun militer nasional berdefile Rabu di Srinagar dalam unjuk kekuatan yang dirancang untuk mengakhiri protes yang semakin keras. Pasukan militer juga terlihat dalam jumlah besar pada Kamis.
Separatis Kashmir mengadakan pawai secara rutin, yang seringkali berbuntut kekerasan, sejak 2008. Lebih dari 60 pemrotes tewas dalam pawai sejak itu, sebagian besar akibat tembakan polisi.
Ketegangan di wilayah itu tinggi setelah polisi menuduh militer membunuh tiga warga sipil tidak berdosa pada April.
Militer semula menyatakan bahwa mereka membunuh tiga gerilyawan bersenjata namun kemudian memerintahkan penyelidikan dan mulai menindak dua perwira.
Kelompok Pengawas Hak Asasi Manusia mendesak India mengadili para prajurit yang dituduh membunuh tiga warga sipil dalam bentrokan rekayasa di wilayah Kashmir yang disengketakan.
Kekerasan di Kashmir turun setelah India dan Pakistan meluncurkan proses perdamaian yang bergerak lambat untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut.
Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.
Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.
Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.
Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.
New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.
New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.
India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.
Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.
India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010