Berlin (ANYARA News/Reuters) - Jerman Rabu mengatakan negara itu akan menerima dua tawanan dari Teluk Guantanamo, mengakhiri perdebatan yang kaku dengan Washington mengenai kamp tahanan AS yang telah lama dikritik itu.
Menteri dalam Negeri Thomas de Maiziere menjelaskan pada konferensi pers, Jerman telah setuju untuk menerima dua orang -- satu dari Suriah dan lainnya dari wilayah Palestina.
Namun, ia menambahkan bahwa Jerman telah menolak untuk menerima tahanan ketiga dari salah satu dari dua negara itu dan akan menolak semua permintaan pada masa depan dari AS untuk menerima tahanan lagi.
"Kami tidak akan membolehkan sembarang teroris masuk ke Jerman," kata de Maiziere.
"AS telah minta kami untuk menerima tiga orang yang telah bebas untuk dilepas. Kami memutuskan untuk menerima dua orang yang sudah hampir pasti tidak akan menimbulkan ancaman pada masyarakat. Dengan orang ketiga kami tidak yakin."
Menurut dia, kedua orang itu, yang ia katakan berbicara dalam bahas Arab tapi tidak dalam bahasa Jerman, akan tiba di Jerman dalam beberapa pekan. Ia menguraikan, salah seorang dari mereka akan bermukim di kota pelabuhan Hamburg di Jerman utara -- tempat sejumlah perencara serangan 11 September di AS pernah tinggal -- dan satu orang lainnya di negara bagian Rhineland-Palatiate di Jerman barat.
"Itu membutuhkan waktu sangat lama karena kami harus mengadakan tanggung jawab penyelidikan kami," kata dia. "Itu masalah kemanusiaan. Kami memiliki tanggung jawab untuk membantu."
Jerman termasuk di antara negara-negara Eropa yang telah mengatakan mereka akan mempertimbangkan untuk menerima tahanan dari Guantanamo, kamp tahanan yang telah memicu kecaman dari sekutu-sekutu Washington. Pada Februari lalu, pemerintah AS telah mengirim empat tahanan ke Albania dan Spanyol.
Kanselir Angela Merkel adalah seorang pengkritik keras atas kamp tahanan di Teluk Guantanamo itu dan secara terbuka mendesak pemerintah AS untuk menutupnya. Tapi pemerintahnya ketika itu lama menolak permintaan Washington untuk menerima tawanan tersebut. (S008/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010