Pernyataan para demonstran di kota Beledweyn, Somalia tengah, itu merupakan jawaban kelompok gerilya muslim garis keras tersebut atas janji yang disampaikan Senin pada sebuah pertemuan puncak regional bagi penambahan 2.000 prajurit lagi untuk memperkuat misi AU di Somalia (AMISOM).
Pasukan Uni Afrika mendukung pemerintah Somalia dalam perang melawan gerilyawan garis keras itu.
"Kini kita bertemu untuk bersatu dan berjuang memerangi mereka, kita akan berperang hingga ajal, hingga kita menaikkan bendera Islam di negara kita dan membentuk negara Islam yang lebih besar," kata Sheikh Yusuf Said Ugas, pemimpin Al-Shabaab untuk wilayah Hiran, Somalia, kepada massa pendukung.
Badan Pembangunan Antar-Pemerintah (IGAD) yang beranggotakan enam negara mengumumkan Senin di Addis Ababa bahwa mereka telah memutuskan segera mengirim 2.000 prajurit tambahan yang dibutuhkan AMISOM untuk mencapai jumlah pasukan 8.100 sesuai dengan yang direncanakan.
Namun, Perdana Menteri Ethiopia Meles Zenawi mengesampingkan pengiriman pasukan ke negara tetangga yang dilanda perang itu. Ethiopia menarik pasukannya dari Somalia tahun lalu setelah intervensi selama dua tahun.
"Tidak. Kami tidak akan mengirim pasukan ke Somalia," kata pemimpin Ethiopia itu kepada AFP ketika ditanya mengenai kemungkinan penempatan lagi pasukan Ethiopia.
Meski demikian, Meles sebelumnya menyatakan bahwa ia tidak akan ragu-ragu mengirm lagi pasukan jika gerilyawan muslim garis keras merebut kekuasan di Somalia.
Di Beledweyn, ulama Al-Shabaab itu mengatakan, "Perekrutan baru sudah mulai dilakukan di seluruh negeri bagi persatuan jihad melawan musuh yang tujuannya menghancurkan agama dan integritas kita."
"Saya mendesak kalian semua, pria dan wanita, untuk bangkit dan membela agama kita, membela negara kalian dari kaum kafir penyerbu dan sekutu murtad mereka," kata Sheikh Yusuf Said Ugas.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya, Hezb al-Islam, berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.
Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.
Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.
Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh Al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.
Gerilyawan muslim garis keras, yang meluncurkan ofensif sejak 7 Mei 2009 untuk menggulingkan pemerintah sementara dukungan PBB yang dipimpin oleh tokoh moderat Sharif Ahmed, meningkatkan serangan-serangan mereka.
Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari sejak itu, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.
Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Biarkan SOmalia menentukan nasibnya sendiri, itu lebih baik.