Jakarta (ANTARA News) - Peneliti dari Centre For Strategic and International Studies (CSIS), Medelina K. Hendytio, mengatakan bahwa sarana belajar berbasis internet masih kurang jumlahnya.
"Ketersediaan sarana belajar mengajar, terutama ketercukupan internet di sekolah masih kurang", kata Medelina K. Hendytio yang juga Ketua Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS kepada pers, di Jakarta, Rabu.
Dalam sebuah seminar pendidikan di Jakarta Medelina mengatakan, berdasarkan riset dari International Telecommunication Union(ITU) pengguna internet dari tahun 1997-2007 di seluruh negara tercatat di negara maju dari 100 orang sudah 62 orang yang menggunakan internet sedangkan di negara berkembang termasuk Indonesia baru 17 pengguna internet.
Menurut Dia, implementasi dari pembelajaran yang memasukan teknologi khususnya internet memang harus dilakukan.
Medelina mengatakan, harus ada peningkatan pemahaman guru tentang dimensi-dimensi keterampilan abad 21 termasuk memanfaatkan internet dan implementasinya dalam tugas guru dan pekerjaan murid.
Manajer Program Akademis Sektor Publik Microsoft Ananta Gondomono mengatakan sebagai perusahaan penyedia sarana dan prasarana teknologi pihaknya berusaha untuk mengatasi kesenjangan perkembangan digital di dalam kelas.
Menurut Ananta berdasarkan riset yang sudah dilakukan, tercatat satu komputer masih digunakan oleh 1.900 anak di Pulau Jawa.
Ananta mengatakan, saat ini pemerintah sudah melakukan perbaikan dengan membuat program satu sekolah satu lab komputer.
Menurut Medelina, faktanya saat ini kelas efektif baru di praktikan secara terbatas dan sebagian besar sekolah menerapkan pengajaran konvensional serta fasilitas internet atau teknologi yang terbatas.
Medelina mengatakan, larangan untuk memungut biaya tambahan pada murid menyulitkan praktik sistem belajar mengajar inovatif menggunakan internet yang memang membutuhkan biaya.
Pemerintah dalam hal ini sudah berupaya dengan membuat Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekom) dalam mengelola jaringan pendidikan nasional.
(T.M-AWA/A033/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010