Data ekonomi yang kuat, didorong oleh bantuan tunai langsung stimulus Biden 1.400 dolar AS, merupakan perkembangan positif yang sangat besar untuk energi.

New York (ANTARA) - Minyak sedikit melemah pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), tetapi berhasil meraih kenaikan mingguan karena prospek permintaan yang lebih kuat dan tanda-tanda pemulihan ekonomi di China dan Amerika Serikat mengimbangi kekhawatiran tentang meningkatnya infeksi COVID-19 di negara-negara besar lainnya.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni turun 17 sen atau 0,3 persen, menjadi ditutup pada 66,77 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berkurang 33 sen atau 0,5 persen, menjadi menetap di 63,13 dolar AS per barel.

Untuk minggu ini, minyak mentah berjangka AS melonjak 6,4 persen, sementara acuan global Brent terangkat 6,1 persen setelah menguat dalam empat sesi terakhir.

Baca juga: Harga minyak capai tertinggi 4 minggu, terkerek prospek permintaan

Produk domestik bruto kuartal pertama China melonjak 18,3 persen tahun ke tahun, data resmi menunjukkan. Data itu menyusul peningkatan besar dalam penjualan ritel AS dan penurunan klaim pengangguran yang dirilis pada Kamis (15/4/2021).

"Data ekonomi yang kuat, didorong oleh bantuan tunai langsung stimulus Biden 1.400 dolar AS, merupakan perkembangan positif yang sangat besar untuk energi," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.

Minggu ini, Badan Energi Internasional (IEA) dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) meningkatkan perkiraan mereka untuk pertumbuhan permintaan minyak 2021, mengutip rebound yang lebih kuat dari perkiraan dalam aktivitas di ekonomi tertentu.

Perkiraan tersebut juga didukung oleh data pemerintah pada Rabu (14/4/2021) yang menunjukkan persediaan minyak mentah AS secara keseluruhan turun 5,9 juta barel karena aktivitas penyulingan meningkat.

Baca juga: Pertamina tambah aset dan produksi migas luar negeri

Namun, tidak semua ekonomi pulih karena tingkat infeksi virus corona India mencapai rekor, sementara kanselir Jerman pada Jumat (16/4/2021) mengatakan gelombang ketiga virus membuat negara itu berada dalam cengkeramannya.

Minyak telah pulih dari posisi terendah yang disebabkan pandemi tahun lalu, dibantu oleh rekor pemotongan produksi minyak OPEC dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+.

Beberapa pemotongan OPEC+ akan dipangkas mulai Mei, dan grup tersebut bertemu pada 28 April untuk mempertimbangkan perubahan lebih lanjut pada pakta pasokan.

Namun, di produsen saingan Amerika Serikat jumlah rig pengeboran telah meningkat tujuh rig ke level tertinggi sejak April 2020 di 344 rig, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam laporannya pada Jumat (16/4/2021).

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021