"Saya belajar sendiri. Buat saya, Bahasa Indonesia itu gampang karena pelafalan kata-katanya mudah diucapkan," kata diplomat kelahiran 18 Januari 1954 ini dalam Bahasa Indonesia yang relatif lancar.
Kemudahan dirinya mempejalari Bahasa Indonesia tanpa guru itu juga ditopang oleh banyaknya kata serapan bahasa asing, khususnya Inggris, yang dijumpai dalam kosa kata Indonesia.
Dubes yang telah bertugas di Jakarta sejak Juli 2008 ini menyebut kata "inovasi" sebagai contoh. Kata serapan yang berasal dari Bahasa Inggris ini dilafalkan sesuai dengan penulisannya. "Arti kata itu pun tak beda dengan makna kata aslinya dalam Bahasa Inggris," katanya.
Sebelum menempati pos penugasan di Jakarta, Dubes Kim mengatakan, dia tidak pernah belajar Bahasa Indonesia sekalipun bahasa dengan jumlah penutur lebih dari 220 juta jiwa itu bukanlah bahasa asing yang asing bagi sebagian orang terpelajar Korea Selatan.
Setidaknya Bahasa Indonesia, katanya, sudah lama diajarkan di Hangkuk University of Foreign Studies (HUFS).
Di antara lulusan program studi Bahasa Indonesia HUFS ini adalah Kim, Ho-il, peneliti senior yang menjadi penerjemah saat ANTARA mewawancarai Dubes Kim, Ho-young, Selasa sore.
Seiring dengan semakin menariknya Indonesia sebagai negara tujuan investasi para pengusaha Korsel, ia menyakini popularitas studi Bahasa Indonesia akan meningkat. Terlebih lagi, kini Korsel adalah investor ke-enam terbesar di Indonesia dengan total jumlah perusahaan yang beroperasi mencapai 1.200 buah.
"Sekitar 31 ribu warga Korea sudah merasa Indonesia rumah mereka. Mereka ini komunitas asing terbesar yang ada di Nusantara," kata mantan wakil menteri luar negeri dan perdagangan Korsel ini. (*)
(T.R013*A050/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010