"Saya mengganggap ini teror dari orang yang tak bertanggung Jawab, dan sekarang adalah tugas polisi untuk menyelesaikannya," kata Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Wahyu Muryadi di temui di kantor Tempo Jalan Proklamasi Jakarta.
Pelemparan molotov terhadap kantor majalah Tempo terjadi pukul 02.40 WIB.Wahyu mengungkapkan keamanan yang ada di kantor Tempo sudah cukup baik.
"Ada operator sekuriti yang berjaga secara bergantian, tetapi dengan adanya kasus ini piket jaga malam tak cukup hanya dua orang," katanya.
Wahyu juga mengaku jika dirinya ditawari oleh kesatuan TNI dan Polri untuk mengamankan kantor Tempo namun hal itu dia tolak.
"Kami merasa hal ini adalah sesuatu yang biasa dan belum membutuhkan pengamanan seperti yang ditawarkan.Kami bekerja secara Profesional dan diberi spirit yang kuat serta terus meningkatkan profesionalisme ke dalam," ujarnya.
Wahyu menjelaskan pihaknya telah melaporkan kasus itu ke kepolisian. Pihak Tempo juga sepenuhnya menyerahkan penyelesaian terkait pemberitaan majalah Tempo kepada Dewan Pers untuk mediasi.
Dia mengemukakan, saksi mata saat kejadian ada 4 orang yaitu Sutrisno (Security),Rambat (Security), Mulyana (Teknisi) dan Tri (Office boy).
Sutrisno yang saat kejadian berada di lobby kantor, melihat dua pelaku berboncengan sepeda motor jenis bebek berhenti di depan pagar.
Salah seorang pelaku melemparkan tiga bom molotov ke arah jendela kantor majalah tersebut. Dua molotov meledak dan api sempat menjalar hingga mengenai jendela depan tempat parkir kantor tersebut.
"Ketika polisi datang api sudah padam karena dengan sigap sekuriti menyemprotnya dengan peralatan pemadam kebakaran yang ada," kata Wahyu.
Empat saksi tersebut sedang membuat kesaksian di Polres Jakarta pusat. Barang bukti berupa serpihan molotov dan satu botol minuman energi bersumbu yang berisi cairan.
Sementara itu, Dwidjo U. Maksum, seorang wartawan Tempo, ketika ditanya mengenai kejadian tersebut mengatakan "hal ini tidak mempengaruhi kinerja dan kami tetap bertugas seperti biasa."
Dwijo juga mengaku sudah terbiasa menghadapi teror. "Di tempo para wartawan selalu berkordinasi satu sama lain dan ada mekanisme rapat setiap hari yang menjadi tempat berbagi spirit bersama," katanya.(BRT/YUD/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010