Kita tidak tahu segmen megatrhust Enggano ini seperti apa
Bengkulu (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo meminta Pemerintah Provinsi Bengkulu menggandeng perguruan tinggi di daerah itu melakukan penelitian terhadap segmen megatrhust Enggano yang disebut memiliki potensi gempa bumi dengan magnitudo tertarget mencapai 8,4.
"Penelitian itu untuk menelusuri riwayat aktivitas kegempaan yang pernah terjadi di segmen tersebut pada masa lampau, karena bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami merupakan peristiwa alam yang memiliki siklus sehingga dimungkinkan kembali terjadi di masa yang akan datang.
"Kita tidak tahu segmen megatrhust Enggano ini seperti apa. Saya minta Pak Gubernur jalin kerja sama dengan perguruan tinggi, nanti juga akan dibantu tim dari pusat untuk melakukan riset pernah ada kejadian apa pada ratusan dan ribuan tahun lalu, karena peristiwa alam itu bentuknya pengulangan," kata Doni, di Bengkulu, Jumat.
Ia menilai informasi yang diperoleh dari penelitian itu nantinya akan sangat berguna bagi proses mitigasi bencana untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman masyarakat sehingga lebih siap menghadapi bencana.
Doni juga meminta pemerintah daerah di Bengkulu memperbanyak penanaman mangrove di sepanjang garis pantai untuk meminimalkan dampak ketika terjadi bencana alam seperti tsunami.
Baca juga: Belajar dari gempa dahsyat Tahun 2000
Baca juga: Terjadi 95 kali gempa bumi di segmen megathrust Enggano selama 2021
"Bengkulu merupakan provinsi yang rawan bencana alam, maka kami mengajak masyarakat untuk menanam mangrove sehingga dapat mencegah terjadinya abrasi, dan dapat mengurangi dampak jika terjadi tsunami," ucapnya.
Menurut dia keberadaan pohon mangrove di sepanjang garis pantai selain berfungsi menjaga keseimbangan alam juga dapat dijadikan selter alami jika terjadi tsunami.
Kemudian, berfungsi sebagai pelindung erosi dan abrasi air laut, penyangga dan pencegah intrusi air laut, tempat berlindung atau berkembangbiak berbagai jenis fauna dan biota laut, sumber pendapatan masyarakat seperti ekowisata, dan sebagai mitigasi bencana.
"Semakin banyak pohon cemara dan vegetasi lain yang ditanam di pinggir pantai, maka pantainya akan bertambah ke arah laut sehingga bisa melindungi daratan. Kalau tidak daratan kita akan habis," demikian Doni.
Baca juga: Kepala BNPB: Deteksi bencana tidak boleh terlalu andalkan teknologi
Baca juga: Enggano Sebagai Daerah Rawan Bencana
Pewarta: Carminanda
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021