Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) siap membantu merehabilitasi anak-anak yang menjadi korban jaringan teroris, termasuk 101 anak yang orang tuanya diduga terlibat aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar di Sulawesi Selatan.

Sebanyak 101 anak yang orang tuanya diduga terlibat dalam aksi teror di Makassar rencananya dibawa ke Jakarta untuk menjalani program pemulihan.

"Kami koordinasi Densus 88 untuk membantu (merehabilitasi) anak-anak tersebut, karena kami sudah punya lembaga layanan," kata Asisten Deputi Perlindungan Anak Kondisi Khusus KPPPA Elvi Hendrani dalam acara bincang-bincang mengenai anak korban jaringan terorisme di Jakarta, Jumat.

Elvi mengatakan bahwa anak-anak yang orang tuanya ditetapkan sebagai tersangka pelaku atau diduga terlibat dalam aksi bom bunuh diri di depan Katedral Makassar usianya beragam, mulai dari satu tahun hingga 14 tahun.

Upaya deradikalisasi dan pemulihan kondisi psikologis anak-anak korban jaringan teroris melibatkan sejumlah kementerian/lembaga pemerintah termasuk KPPPA, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), dan Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Handayani di bawah Kementerian Sosial.

Selain membantu rehabilitasi anak-anak korban jaringan teroris, KPPPA bekerja sama dengan Kementerian Agama menyisipkan materi mengenai pencegahan perkembangan radikalisme dalam program pembekalan bagi calon pengantin.

Elvi mengatakan bahwa penyisipan materi pencegahan perkembangan radikalisme dalam pembekalan calon pengantin sangat penting mengingat belakangan aksi teror sering melibatkan keluarga, termasuk aksi bom bunuh diri di Makassar, Surabaya, dan Sidoarjo.

Baca juga:
KPAI siap dampingi anak pelaku teror
Kemensos bina anak pelaku teror

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021