lubang itu disebabkan karena ketidakstabilan lereng saja, dan bukan karena adanya material yang keluar dari gunung yang kemudian membentuk lubang.

Kupang (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, lubang yang terdapat di puncak Ili Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur sudah ada sebelum erupsi 2020.

"Itu lubang lama. Sudah ada sebelum Ili Lewotolok mengalami erupsi pada 2020," kata Kasubbid Mitigasi Gunung api Wilayah Timur ESDM Devy Kamil Syahbana di Kupang, Jumat.

Saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp terkait beredarnya gambar yang memperlihatkan adanya lubang di puncang Ili Lewotolok.

Menurut dia, lubang itu disebabkan karena ketidakstabilan lereng saja, dan bukan karena adanya material yang keluar dari gunung yang kemudian membentuk lubang.

"Kita bisa lihat kalau ada material keluar dari lubang itu, pasti ada jejak produksi erupsi, tapi ini tidak ada jejak," katanya menjelaskan.

Dia mengatakan, hal yang lumrah bahwa di sekitar gunung ada lubang atau rekaan karena lereng gunung dibangun oleh produksi erupsi yang dapat tertanggu kestabilannya karena banyak faktor.
Baca juga: Gunung Ili Lewotolok kembali erupsi mencapai 1.500 meter
Baca juga: 19 letusan terjadi dalam sehari di gunung ili lewotolok

Dari Lembata, Pos Pemantau Gunung Api Ili Lewotolok melaporkan pada Jumat, (16/4) pukul 12.16 WITA kembali terjadi erupsi gunung api Ili Lewotolok dan kawahnya mengeluarkan asap putih dengan tinggi kolom 1.500 meter.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Ili Lewotolok, Stanislaus Ara Kian mengatakan bahwa ketinggian material pada erupsi siang ini lebih tinggi dari erupsi yang terjadi pada Kamis (15/4), yakni setinggi 1.000 meter.

"Betul, lebih tinggi erupsinya dari erupsi yang kemarin. Kali ini ketinggian mencapai 1.500 meter di atas puncak atau kurang lebih 2.923 meter di atas permukaan laut," katanya.

Ia menjelaskan bahwa kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 29 mm dan durasi kurang lebih 30 detik.

Stanis menambahkan berdasarkan pengamatan 24 jam yang dilakukan oleh petugas pos pengamatan Gunung Ili Lewotolok erupsi itu terjadi karena sistem kawah tertutup, sehingga terjadi letusan eksplosif.

Dengan masih adanya aktivitas di gunung tersebut, ia menyarankan warga sekitar lereng Ili Lewotolok serta pengunjung, pendaki, dan wisatawan tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak kawah gunung api tersebut.
Baca juga: Pemkab Lembata minta warga di kaki Gunung Ili Lewotolok tetap waspada
Baca juga: Waspadai lahar dingin dari Gunung Ili Lewotolok saat hujan lebat

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021