Jakarta (ANTARA) - Ketua Pokja Antropometri Kementerian Kesehatan dan Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi & Penyakit Metabolik RSCM Prof. dr. Damayanti R Sjarif, Sp.A(K) mengatakan susu bukanlah sumber makanan utama, dan hanya bayi berusia 0-6 bulan yang boleh mengganti makanan dengan susu.
Ia menjelaskan, memberi anak susu sebagai pengganti makanan utama yang kerap dilakukan orangtua guna mengatasi anak yang mogok makan dapat menyebabkan masalah kesehatan lain, yakni risiko obesitas.
"Kalau hanya minum susu saja si anak enggak belajar konsumsi makanan yang lain. Apa dampaknya? Risiko obesitasnya empat kali lebih tinggi," ujar Prof. Damayanti dalam acara "Media Scientific Session", Kamis (15/4).
Baca juga: Waspadai dampak alergi susu sapi pada tumbuh kembang anak
Baca juga: Lima minuman yang bisa dinikmati tanpa bikin kantong bolong
Prof. Damayanti mengatakan anak berusia di atas tahun maksimal hanya boleh mengkonsumsi susu sebanyak 500ml dalam sehari. Kebanyakan susu formula diberi tambahan pemanis sehingga dapat memperbesar risiko obesitas.
"Karena itu tidak boleh memberi susu yang berlebihan. Manusia itu makan bukan menyusu," kata Prof. Damayanti.
Sementara itu, untuk anak yang intoleransi laktosa sebaiknya berkonsultasi dengan kepada ahli untuk mendapatkan pengganti susu sapi yang sesuai. Prof. Damayanti mengatakan pemberian susu soya sebenarnya tidak dianjurkan.
"Soya itu asam amino esensialnya tidak lengkap, soya itu dari nabati dan ada limiting amino acids jadi saya tidak rekomendasi," ujar Prof. Damayanti.
"Di Amerika juga tidak merekomendasi untuk pemberian soya pada anak-anak yang normal. Kalau untuk memberikan pengganti susu harus dicari dulu yang sesuai anaknya, dikonsultasikan dulu," imbuhnya.
Baca juga: Tiga cara agar anak mudah tidur di malam hari
Baca juga: Susu sapi A2 dukung imunitas hingga kurangi risiko penyakit serius
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021