Jakarta (ANTARA) - Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) mengungkapkan sejumlah tantangan yang harus dihadapi untuk menggerakkan perusahaan yang ramah lingkungan di Indonesia, demi mewujudkan "Sustainability Ambitions 2020- 2040" yang diumumkan pada September 2020 lalu oleh CCAI.
"Tentu untuk mewujudkan ambisi ini, banyak tantangan yang harus kita hadapi. Salah satunya adalah infrastruktur yang cocok dan bisa mendukung hal tersebut," kata Presiden Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz melalui diskusi daring, Kamis (15/4) petang.
"Sebenarnya kami sudah expect hal ini, sehingga kami bekerja sama berdampingan dengan pemerintah," ujarnya melanjutkan.
Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa perusahaan telah memulai beberapa langkah untuk mewujudkan perusahaan dengan nilai keberlanjutan (sustainability) yang tinggi dan ramah lingkungan -- baik bagi masyarakat di sekitarnya maupun secara luas.
Baca juga: Sprite hadir dengan botol jernih ramah lingkungan
Baca juga: "No Time To Die" habiskan 8.400 galon Coca-Cola aksi sepeda motor
Beberapa di antaranya adalah investasi CCAI membangun atap solar panel, menginisiasi redesain kemasan yang lebih ramah lingkungan, dan melakukan aksi pembersihan sampah di pantai, dan lain sebagainya.
"Kami melakukan investasi ke semua aspek. Misalnya solar panel untuk menghemat energi, redesain semua kemasan produk untuk meningkatkan tingkat daur ulang, dan lainnya," kata Kadir.
Sebelumnya, CCAI bersama dengan Dynapack Asia mendukung terciptanya ekosistem keberlanjutan dengan menyiapkan pembangunan pabrik daur ulang untuk kemasan plastik atau Polyethylene Terephthalate (PET) di Indonesia.
Berlokasi di kawasan industri Deltamas, Kabupaten Bekasi nantinya pabrik daur ulang plastik itu akan berdiri di lahan seluas 2 hektar atau setara 20 ribu meter persegi nantinya pabrik itu akan beroperasi pada 2022 dengan kapasitas pengelolaan 25.000 ton plastik setiap tahunnya.
Dengan usaha patungan yang diwujudkan dalam bentuk PT Amandina Bumi Nusantara, CCAI dan Dynapack Asia menanamkan investasi di salah satu bagian dari provinsi Jawa Barat senilai Rp 556.2 miliar atau setara 50,51 juta Dolar Australia.
Nantinya, PT Amandina Bumi Nusantara akan mengoperadikan fasilitas pabrik daur ulang itu untuk pengelolaan limbah plastiknya.
Sementara untuk pengelolaan pengumpulan limbah plastik akan dibantu oleh yayasan Mahija Paramita Nusantara, nantinya yang akan memberdayakan usaha kecil menengah serta pemulung lokal.
Pabrik ini direncanakan mulai beroperasi pada kuartal kedua tahun 2022.
Kolaborasi Amatil Indonesia dan Dynapack itu sejalan dengan "Sustainability Ambitions 2020- 2040" yang diumumkan pada September 2020 lalu oleh CCAI.
Dalam program itu komitmen menciptakan siklus tertutup kemasan untuk daur ulang diharapkan dapat mencapai 50 persen pada 2030 mendatang.
Selain sebagai solusi pengelolaan kemasan plastik pascakonsumsi, didirikannya pabrik daur ulang ini juga sejalan dalam kerangka Ekonomi Sirkular secara global.
Baca juga: Pabrik daur ulang plastik solusi ekosistem keberlanjutan Indonesia
Baca juga: Kiat produsen buat bisnis berbasis lingkungan dan komunitas
Baca juga: Kolaborasi jadi kunci tingkatkan bisnis berkelanjutan
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021