Jakarta (ANTARA News) - Whale Shark, yang dalam bahasa latin dikenal dengan nama Rhincodon typus, ikan paling besar di lautan, mungkin menjadi korban paling akhir kebocoran minyak yang sangat banyak di Teluk Meksiko.
Beberapa pejabat di National Oceanic and Atmospheric Administration melaporkan baru-baru ini bahwa empat hewan berbintik-bintik itu, yang memiliki panjang 12 meter, telah terlihat berenang di sepanjang perairan yang dipenuhi minyak untuk mencari makanan.
Karena whale shark adalah "pemangsa saringan" --menciduk plankton dan ikan kecil dengan mulutnya yang menganga sewaktu mereka berenang persis di bawah permukaan air-- para ilmuwan prihatian mereka akan menelan sangat banyak minyak beracun dan ... mati!
"Masalahnya ialah ini adalah hewan pemangsa permukaan dan jika mereka mengkonsumsi minyak, mereka akan tenggelam dan kami takkan tahu berapa banyak yang akan menemui ajal," kata Dr Eric Hoffmayer --yang telah mempelajari ikan paus di teluk utara buat University of Southern Mississippi-- sebagaimana dilaporkan wartawan Reuters, Leigh Coleman.
"Saya kira tak ada keraguan bahwa akan ada `whale shark` yang mati akibat kebocoran minyak ini. Itu sebabnya mengapa kami perlu mencantumkan ikan hiu ini sehingga kami dapat memastikan seberapa jauh mereka terkena dampak kebocoran minyak tersebut," kata Hoffmayer kepada Reuters, Jumat (2/7).
Hoffmayer menghabiskan waktu tiga hari di Teluk Meksiko, tempat dia dan peneliti lain mengumpulkan temuan yang sangat luar biasa mengenai lebih dari 100 "whale shark" sedang mencari makanan, sekitar 145 kilometer di sebelah selatan Grand Isle, Louisiana.
Tempat ikan raksasa itu mencari makan berada sekitar 95 kilometer di sebelah barat sumur BP Plc yang meledak, Macondo, pantai Louisiana, dan gerombolan hiu tersebut termasuk yang paling banyak yang pernah disaksikan di bagian utara Teluk Meksiko, kata Hoffmayer.
Selain bahaya karena menelan minyak, minyak yang bocor itu juga dapat menimbulkan bahaya yang tak dapat dikatakan terhadap ikan raksasa tapi rentan tersebut saat mereka memaksa air yang mereka telan, setelah air itu masuk melalui mulut mereka, untuk disaring melalui insang mereka.
Hoffmayer dan satu tim ilmuwan kelautan, Kamis, datang dengan membawa rencana untuk menandai ikan hiu tersebut sehingga mereka dapat melacak gerakan mereka dan berharap mengetahui apakah minyak itu dicerna.
Satu masalah besar, katanya, ialah tak ada cara untuk menghalau "whale shark" menjauhi daerah yang tercemar minyak di Teluk Meksiko.
Para ilmuwan kelautan di Mississippi berharap dapat menyelamatkan spesies tersebut dari minyak, yang mencapai daratan utama Misisipi pekan ini untuk pertama kali, sejak 20 April sumur BP meledak.
"Ini seperti kebakaran hutan di Teluk Meksiko," kata Moby Solangi dari Institute for Marine Mammal Studied di Gulfport, Misisipi.
"Minyak itu menyebar dengan sangat cepat melalui habitat mereka sehingga habitat tersebut menghilang," kata Solangi.
Ia mengatakan dia dan timnya telah menyelamatkan ratusan kura-kura laut yang berlumur minyak dan membuat ruang di satu instalasi yang dikelola oleh lembaga tersebut buat ikan lumba-lumba yang mungkin menyerah terhadap minyak.
"Karena sekarang minyak sudah sampai di sini di Misisipi, hewan itu melarikan diri tapi tak ada tempat yang dapat disambangi," kata Solangi.
"Masalah yang kami semua hadapi sekarang ialah bagaimana membangun kembali alam ini," katanya.
Ia menimpali, "Orang memiliki Palang Merah dan organisasi sejenisnya untuk membangun kembali hidup mereka setelah bencana, tapi ikan lumba-lumba, ikan paus, kura-kura dan semuanya di Teluk Meksiko tak mempunyai apa-apa kecuali habitat mereka, yang sekarang malah terancam."
(Uu.Reuters/C003/S018/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010