London (ANTARA New) - Menteri Luar Negeri Inggris William Hague menyatakan akan "sangat terkejut" jika pasukan Afghanistan tidak mengambil alih keamanan mereka dari pasukan asing pada 2014.
Tapi ia bersikeras bahwa Inggris tidak menetapkan jadwal bagi penarikan 9.500 tentaranya dari Afghanistan, bahkan setelah Perdana Menteri David Cameron pada pekan lalu menyatakan ingin mereka pulang sebelum pemilihan umum mendatang pada 2015.
"Kami terikat pada kemampuan orang Afghanistan melakukan gerakan tentara mereka dan keamanan dan itu butuh waktu. Tapi saya akan sangat terkejut jika itu lebih dari 2014," kata Hague kepada radio BBC.
Tapi, ia berpendapat bahwa jadwal 2015 Cameron hanyalah "harapan", dengan berkata, "Tentu saja, di parlemen berikut, ia akan berharap -siapa pun akan berharap- bahwa pasukan tempur Inggris pulang."
"Tapi, ia juga menekankan bahwa tidak ketetapan jadwal untuk yang terjadi beberapa tahun ke depan," katanya.
Menteri Pertahanan Liam Fox tampak menunjukkan nada berbeda dari Cameron dalam pidato di Washington pada Rabu ketika ia menyatakan pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) harus "mempertahankan tekad kita dan memiliki ketahanan untuk menuntaskan pekerjaan itu".
Inggris kehilangan 310 tentara di Afghanistan sejak gerakan di negara terkoyak perang itu dimulai pada Oktober 2001.
Kementerian pertahanan menyatakan tentara terahir itu tewas pada tengah pekan lalu dan hanya menyebutnya marinir kerajaan, tapi laporan menyatakan ia anggota Pasukan Khusus Perahu.
Inggris menugaskan sekitar 9.500 tentara untuk bertempur di Afghanistan, terutama di dan di sekitar provinsi Helmand di selatan, yang menjadi ajang sengit pertempuran di negara itu.
Letnan Jenderal Inggris Nick Parker mengambil alih kepemimpinan sementara pasukan pimpinan NATO di Afghanistan setelah Jenderal Amerika Serikat Stanley McChrystal dibebaskan dari tugasnya, kata Downing Street pada Juni.
Parker, wakil McChrystal di Afghanistan, tetap berada pada jabatan itu hingga Jenderal David Petraeus ditempatkan secara resmi sebagai komandan pasukan asing di negara tersebut.
Keputusan itu terjadi dalam pembicaraan antara Perdana Menteri Inggris David Cameron dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama setelah presiden negara adidaya tersebut memecat McChrystal pada Juni.
Jenderal itu membuat ucapan meremehkan dalam wawancara dengan majalah, kata pemerintah Inggris.
Pemerintah gabungan baru di London menjadikan perang di Afghanistan kebijakan utama politik luar negerinya.
Namun, dengan Inggris menghadapi kesulitan anggaran, pemerintah Perdana Menteri David Cameron ingin mengurangi biaya di Kementerian Pertahanan sampai sedikitnya 25 persen, meskipun telah berikrar menambah dukungan tentara.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin.
Osama dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Kekuatan ISAF diperkirakan 142.000 tentara dan meningkat menjadi 150.000 orang pada Agustus.
Banyak di antara tentara dari 43 negara itu tewas akibat peledak rakitan IED, yang ditanam pejuang Taliban.
AFP/B002/Z002
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010