Helsinki (ANTARA News) - Filandia selama dua tahun berturut-turut menempati posisi pertama dalam lomba tahunan "Wife-Carrying World Championships," yang diselenggarakan di kota Sonkajaervi, Finlandia tengah, kata penyelenggara kegiatan itu, Sabtu.
Taisto Miettinen, yang mempertahankan gelar juaranya, berlomba melewati jalur sepanjang 250 meter dengan melewati dua penghalang dan satu kolam dalam waktu hanya satu menit empat detik, dengan menggendong Kristiina Haapanen, di punggungnya, demikian laporan AFP.
Pasangan pemenang tersebut mengalahkan Alar Voogla dan Kristi Viltrop dari Estonia, yang juga memperoleh medali perak tahun lalu, dengan selisih waktu 0,4 detik.
Miettinen (45), yang sehari-hari berprofesi sebagai pengacara komersial, mengikuti lomba itu selama 10 tahun sebelum meraih medali emas --dan mengakhiri 11 tahun kejayaan pasangan Estonia-- tahun lalu.
Ia mengatakan kepada AFP melalui telefon bahwa ia tak mampu mengalahkan catatannya pada 2009, yaitu 62 detik, gara-gara kolam yang lebih besar.
"Aku suka bersaing dan aku suka kemenangan. Kami banyak berlatih, tapi lomba ini tidak semudah tahun lalu karena kolamnya lebih besar," kata pemenang tersebut --yang menonjol dalam sejumlah olah raga lain.
Ia menambahkan cara terbaik bagi seorang peserta lomba untuk menggendong "istri" --dalam kasusnya, seorang teman yang telah ikut lomba bersama dia selama empat tahun-- adalah "gaya Estonia".
"Itu brarti (wanita peserta lomba) harus berjungkir-balik di punggung peserta pria," katanya.
Finlandia juga meraih hadiah perunggu lewat pasangan Ilpo Haalisto dan Satu Juurinen.
Desa Sonkajaervi, yang terletak sekitar 490 kilometer di sebelah utara Helsinki, dalam 15 tahun belakangan telah menyelenggarakan acara hiburan, lomba menggendong istri, yang terkenal di seluruh dunia.
Tahun ini, 51 tim dari 13 negara termasuk Australia, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab berlomba di hadapan 4.000 penonton.
Lomba tersebut diilhami oleh legenda penjahat ganas setempat, Herkko Rosvo-Ronkainen, yang tinggal di hutan pada penghujung 1800-an dan dikatakan telah mencuri makanan dan kadangkala perempuan dari desa-desa di wilayah itu.
(Uu.C003/A016/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010