Ledakan itu terjadi hanya beberapa meter jaraknya dari sekitar 600 warga Serbia yang sedang melakukan protes terhadap pembukaan kantor adminstratif yang mereka anggap sebagai perwakilan mayoritas Albania, kata kepala kepolisian Mitrovica utara, Milija Milosevic.
Warga minoritas Serbia Kosovo, secara keuangan didukung oleh Serbia, menolak menerima kemerdekaan Kosovo, yang dideklarasikan pada 2008.
Orang-orang Serbia di Mitrovica utara mengatakan, para pelaku ledakan itu adalah seorang etnis Albania.
Kepala warga Serbia di wilayah Mitrovica, Radenko Nedeljkovic, mengecam insiden itu sebagai misi NATO dan Uni Eropa untuk tidak menjamin protes tersebut.
Presiden Serbia, Boris Tadic, menyerukan sidang darurat Dewan Keamanan untuk membahas ketegangan-ketegangan di wilayah itu.
"Serbia sekali lagi menghadapi tantangan besar di Kosovo. Warga kami di Kosovo diserang," kata Tadic Jumat.
Duta Besar Nigeria untuk Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), U. Joy Ogwe, yang menjabat ketua dewan itu selama bulan Juli, mengatakan Dewan Keamanan akan memberi penjelasan mengenai insiden tersebut Kamis dan Tadic akan hadir.
Polisi mengatakan, mereka meyakini bahwa ledakan itu ledakan granat tangan.
Polisi dan para dokter di Mitrovica sebelumnya mengatakan bahwa 12 orang luka dalam insiden itu.
Presiden Kosovo Fatmir Sejdiu mengutuk serangan tersebut dan menyerukan kepada lembaga-lembaga lokal dan internasional untuk membantu membawa para pelaku ke pengadilan.
Dua tahun setelah Kosovo berpisah dari Serbia, sungai Ibar masih menjadi garis pemisah Mitrovica antara orang-orang Albania di selatan dan Serbia di utara, dan ketegangan-ketegangan masih tinggi.
Sekitar 20.000 warga Serbia hidup di Mitrovica utara. Mereka menolak kesepakatan dengan lembaga-lembaga Kosovo dan memandang Beograd sebagai ibu kota mereka.
Pada Mei lalu, pasukan penjaga perdamaian NATO dan polisi telah ikut campur untuk memisahkan ribuan warga Serbia dan Albania yang bentrok berkaitan dengan pemilihan lokal yang diselenggarakan Beograd di utara.
Beograd efektif kehilangan kontrol atas provinsi Kosovo pada 1999, ketika pasukan NATO melakukan intervensi untuk menghentikan pembunuhan etnis sipil Albania dan PBB mengambil alih.
Perdamaian yang rentan di Kosovo dijaga oleh 10.000 tentara penjaga perdamaian NATO bersama dengan misi polisi dan kehakiman Uni Eropa.
(H-AK/S008/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010