Mogadishu (ANTARA News/AFP) - Sebanyak 31 orang tewas dalam pertempuran dua hari antara pasukan pemerintah dan gerilyawan muslim garis keras di Mogadishu, ibukota Somalia, kata satu sumber medis, Jumat.
"Pertempuran itu merupakan yang terburuk dalam beberapa bulan ini dengan korban sipil dalam jumlah besar, tim medis kami mengambil 31 mayat sipil dan 93 orang terluka," kata Ali Muse, kepala pelayanan ambulan Mogadishu, kepada AFP.
"Sebagian besar korban tewas ketika artileri berat menghantam rumah mereka," tambahnya.
Pasukan pemerintah yang dibantu oleh pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika hari Kamis melancarkan ofensif untuk merebut lagi posisi-posisi yang dikuasai gerilyawan dalam bentrokan-bentrokan sebelumnya pada pekan ini.
Sebanyak 26 warga sipil tewas selama pertempuran Kamis dan lima orang lagi tewas Jumat dalam tembak-menembak sporadis, kata Muse.
Baik pemerintah Somalia maupun milisi Al-Shabaab sama-sama mengklaim kemenangan dalam pertempuran.
"Musuh Allah kalah dalam pertempuran yang mereka atur. Kami menghancurkan salah satu tank mereka dan membunuh lima orang di kendaraan itu," kata Sheikh Muktar Robow, seorang pejabat tinggi Al-Shabaab.
Perwira pasukan pemerintah Kolonel Mohamed Sugule mengatakan, "Kami memukul mundur gerilyawan ke posisi mereka dan pasukan kami kini menguasai sebagian besar daerah-daerah Abdulaziz dan Shibis. Kami membunuh banyak gerilyawan mereka."
Seorang pejabat Uni Afrika mengkonfirmasi bahwa salah satu kendaraan lapis baja mereka rusak dalam pertempuran.
Sedikitnya delapan orang, termasuk warga sipil, tewas Selasa ketika gerilyawan garis keras menyerang sebuah kantor polisi dan barak militer di Mogadishu bagian utara.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya, Hezb al-Islam, berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.
Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.
Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.
Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh Al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.
Gerilyawan muslim garis keras, yang meluncurkan ofensif sejak 7 Mei 2009 untuk menggulingkan pemerintah sementara dukungan PBB yang dipimpin oleh tokoh moderat Sharif Ahmed, meningkatkan serangan-serangan mereka.
Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari sejak itu, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.
Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010