Lahore, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Suasana serangan mematikan di tempat suci Pakistan tertangkap kamera pengawas CCTV yang merekam pelaku-pelaku pemboman pada saat-saat akhir sebelum mereka meledakkan diri.
Tayangan dramatis itu menunjukkan seorang penjaga keamanan di tempat suci Sufi di kota Lahore, Pakistan timur, berusaha mengejar salah seorang pelaku pemboman sesaat sebelum terjadi ledakan besar yang membuat massa yang panik lari berhamburan ke segala penjuru.
Gambar-gambar yang disiarkan oleh sejumlah saluran televisi lokal diperoleh dari CCTV yang dipasang di tempat suci Data Ganj Bakhsh dimana dua serangan bom bunuh diri pada Kamis larut malam menewaskan 42 orang yang sedang berdoa.
Dalam tayangan itu terlihat ratusan orang berjubah putih pengikut ulama Sufi Hazrat Syed Ali bin Usman Hajweri memadati musoleum berusia ratusan tahun sebelum ledakan itu terjadi.
Seorang penjaga yang diidentifikasi sebagai Salim Raza, yang bertugas di sebuah pintu gerbang masuk yang diperlengkapi dengan alat pemeriksa, mendeteksi seorang pria mencurigakan yang memakai sorban hijau, jubah putih serta syal, dan membawa sebuah tas.
Penjaga tersebut berlari mengejar orang itu, yang beberapa detik kemudian meledakkan bomnya, yang membuat lokasi itu terselimuti awan asap putih raksasa dan lantai marmer putihnya ternoda dengan darah, potongan tubuh dan harta benda korban.
Pihak berwenang Pakistan menyatakan telah menemukan kepala dua penyerang bom bunuh diri dan sedang menyelidiki bagaimana mereka berhasil memasuki lokasi itu meski ada pengamanan ketat.
"Kami memeriksa setiap orang yang berjalan melewati pintu gerbang," kata Rao Fazal-ur Rehman, seorang pengurus tempat suci itu, kepada AFP.
"Seorang penyerang bom melewati puntu gerbang dan petugas keamanan mengejar untuk menangkapnya karena ia terlihat mencurigakan, namun pada saat itu ia meledakkan dirinya," tambah Rehman.
Pemerintah AS hari Jumat mengutuk serangan terhadap tempat suci itu dengan mengatakan, pemboman tesebut menunjukkan bahwa militan tidak menghormati rakyat Pakistan.
"Kami mengutuk keras serangan keji ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Mark Toner kepada wartwaan.
Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.
Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.
Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.
Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.
Beberapa analis juga telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan kawasan suku lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan.
Pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran terhadap militan muslim di Mohmand dan Bajaur pada Agustus 2008. Pada Februari 2009, militer menyatakan bahwa Bajaur bersih setelah pertempuran sengit berbulan-bulan, namun kerusuhan terus berlangsung.
Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus 2008, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.
Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.
Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010