Jakarta (ANTARA News) - Pilihan Partai Bintang Reformasi (PBR) untuk bergabung ke Partai Golkar merupakan "ijtihad" politik pimpinan kedua parpol yang tepat. Keduanya bisa saling melengkapi dan menguatkan dengan semangat simbiosis mutualisme yang menguntungkan kedua belah pihak, kata pengamat politik M Qodari.

Pengamat politik dari Indo Barometer, M Qodari mengemukakan hal tersebut kepada wartawan di Jakarta, Jumat (2/7) sambil menambhakan bahwa pilihan tepat, PBR gabung ke Golkar.

"Saya melihat baik Ketum PBR Bursah Zarnubi dan Ketum Golkar Aburizal Bakrie sudah melakukan ijtihad politik yang tepat. Sebab, keduanya bisa saling melengkapi dan menguatkan karena masing-masing pihak memiliki nilai lebih yang bisa di-share baik secara politis maupun strategis," katanya.

Menurut Qodari, setidaknya ada dua poin penting yang positif dari bergabungnya PBR ke Partai Golkar. Pertama, dari aspek kepentingan strategis PBR, pilihan itu sudah cukup realistis dalam rangka menghadapi kemungkinan meningkatkannya parliamentary threshod (ambang batas parlemen) menjadi 5 persen.

"Sebab, belajar dari kasus Pemilu 1999, gabungan sesama partai kecil itu tetap saja tak signifikan dalam mendongkrak perolehan kursi," ujarnya.

Dengan bergabungnya PBR ke Golkar, lanjut Qodari, berbagai potensi PBR yang selama ini mungkin tercecer atau terbengkalai pada saatnya bisa maksimal di Golkar. Apalagi, sebagai partai tengah atau moderat, PBR memiliki kesamaan visi yang tidak sulit untuk disatukan.

Kedua, dari aspek kepentingan strategis Golkar, bergabungnya PBR bisa melegitimasi dukungan kelompok Islam tertentu yang tidak ada di PBB, PPP dan lainnya. Dengan kata lain, ini akan memberi nilai lebih buat Golkar, terutama dalam menghadapi kompetisi yang makin ketat diantara partai-partai besar seperti PDIP dan Partai Demokrat pada 2014 nanti.

Qodari menambahkan, PBR dengan sejumlah kadernya yang muda-muda dan energik karena mereka umumnya para aktivis, juga akan memberi nilai lebih buat Golkar.

"Saya tahu, orang seperti Bursah Zarnubi yang juga ketua umum PBR itu adalah sosok muda energik dan pekerja keras. Dan banyak kader-kader muda lain di PBR yang seperti Bursah," ujarnya.

Dari dua pertimbangan positif tadi, bukan mustahil pada saatnya partai-partai kecil non parliamentary treshold (PT) lainnya juga akan menyusul PBR. Sebab, bergabung dengan partai besar seperti Golkar jauh lebih realistis ketimbang bergabung dengan sesama partai kecil.

Ditanya soal kemungkinan format ideal bergabungnya PBR dan Golkar, Qodari mengaku memang masih perlu pengkajian mendalam yang tentunya dapat menguntungkan kedua belah pihak.

"Formatnya memang masih sangat konseptual dan masih debatable. Apakah nanti dengan cara menjadi Ormasnya Golkar atau seperti pola konfederasi versi PAN, saya belum tahu. Yang pasti, kalau memilih versi PAN memang harus ada revisi undang-undang dulu," katanya.(*)
(R009/AR09)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010