Jakarta (ANTARA) - BPJS Kesehatan memberikan edukasi kepada peserta JKN-KIS serta mengelola perilaku hidup sehat dalam kegiatan Pengelolaan Harapan Peserta (PHP) Berbasis Komunitas bersama Yayasan Thalassaemia Indonesia (YTI) dan Perhimpunan Orangtua Penderita Thalassaemia Indonesia (POPTI).
Kegiatan sosialisasi tersebut juga dihadiri oleh praktisi kesehatan dan Brand Ambassador BPJS Kesehatan, Ade Rai.
"Selama lebih dari tujuh tahun penyelenggaraannya sejak 1 Januari 2014, Program JKN-KIS berkembang menjadi program besar dengan jumlah kepesertaan lebih dari 222 juta penduduk. Kami terus berupaya agar kemudahan, kecepatan, dan kepastian akses layanan, baik administrasi di kantor cabang maupun di fasilitas kesehatan dirasakan menyeluruh dan merata, termasuk bagi para penyintas thalassaemia," kata Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan, David Bangun, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Baca juga: BPJS Kesehatan dorong mitra tingkatkan kualitas pelayanan JKN-KIS
Baca juga: Dirut BPJS Kesehatan ingatkan RS tak bedakan peserta JKN
Ia menjelaskan relasi yang telah dirintis saat ini antara BPJS Kesehatan dengan YTI dan POPTI dapat menjadi moral support groups bagi sesama, serta meningkatkan pemahaman peserta tentang hak, kewajiban, dan prosedur pelayanan dalam penyelenggaraan program JKN-KIS.
Menurutnya, salah satu faktor penunjang kepuasan peserta adalah terpenuhinya informasi secara akurat dan terbarukan.
"Melalui kegiatan Pengelolaan Harapan Peserta Berbasis Komunitas ini, diharapkan dapat melihat kondisi dan fakta di lapangan, sekaligus menggali permasalahan yang terjadi dan menghasilkan solusi demi perbaikan layanan. BPJS Kesehatan telah menghadirkan berbagai inovasi di era digital ini agar dapat dimanfaatkan secara optimal demi pelayanan yang berkualitas, termasuk bagi pasien thalassaemia," ujar David.
Selain itu, Deputi Direksi Wilayah Jawa Barat Fachrurrazi mengatakan bahwa kegiatan sosialisasi ini berlangsung serentak di seluruh Jawa Barat dan diikuti oleh seluruh Kantor Cabang dengan total peserta sebanyak 220 orang melalui daring.
Sebagaimana data BPJS Kesehatan, Jawa Barat termasuk salah satu provinsi dengan penderita thalassaemia terbanyak.
Pada tahun 2019, jumlah penderita thalassaemia di Jawa Barat sebanyak 1.115 orang. Pada tahun 2020 terdapat 63.813 kasus thalassaemia yang ditangani oleh BPJS Kesehatan, khususnya di wilayah Jawa Barat.
"Hal ini tentu menjadi motivasi bagi kami untuk terus berupaya membangun pemahaman yang seragam dalam peningkatan mutu layanan kesehatan, khususnya bagi pasien thalassaemia di fasilitas kesehatan. Dengan begitu, pasien mendapatkan pelayanan yang paripurna dan sebaik-baiknya oleh fasilitas dengan rasa nyaman," kata Fachrurrazi.
Salah satu praktisi bidang kesehatan, Lelani Reniarti Marsaman yang juga sebagai dokter Spesialis Anak dan Konsultan Hematologi-Onkologi Anak mengatakan bahwa sangat penting untuk melakukan deteksi sedini mungkin sebagai upaya pencegahan melalui edukasi, skrining, konseling, bahkan diagnosis prenatal.
Baca juga: BPJS Kesehatan bahas layanan JKN-KIS dengan asosiasi rumah sakit
Baca juga: BPJS Kesehatan siapkan rencana aksi terhadap pendapat BPK
"Program pencegahan harus dilakukan untuk mengurangi jumlah pasien thalassaemia mayor," katanya.
Dari sisi pembiayaan, lanjut dia, pencegahan membutuhkan lebih sedikit biaya daripada terapi. Edukasi tentang thalassaemia melalui kampanye yang agresif tentunya dapat meningkatkan kepedulian masyarakat dan para profesional kesehatan.
Sedangkan konseling genetik, katanya, dapat dilakukan pada pasangan pranikah yang berpotensi tinggi dan pasangan yang sudah memiliki anak thalassaemia, agar paham tentang masalah genetik dalam keluarganya.
"Pogram pencegahan ini tentunya sangat membutuhkan komitmen pemerintah," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021