Tingkat inflasi di AS tercatat naik 2,6 persen (yoy) dan 0,6 persen (mom) pada Maret 2021, kenaikan tertinggi dalam lebih dari 8,5 tahun
Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu diprediksi fluktuatif pascakenaikan inflasi di Amerika Serikat.
IHSG dibuka menguat 36,6 poin atau 0,62 persen ke posisi 5.964,03. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 9,97 poin atau 1,13 persen ke posisi 891,65.
"Tanpa ada arahan yang solid dari mayoritas bursa global, IHSG diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah ke kisaran level 5.880-5.900 pada perdagangan Rabu," tulis Tim Riset Phintraco Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: IHSG ditutup melemah seiring aksi jual asing
Pergerakan IHSG akan dipengaruhi oleh respons pelaku pasar terhadap kenaikan tingkat inflasi di AS pada Maret 2021.
Tingkat inflasi di AS tercatat naik 2,6 persen (yoy) dan 0,6 persen (mom) pada Maret 2021, kenaikan tertinggi dalam lebih dari 8,5 tahun.
Kenaikan tersebut menjadi salah satu indikasi akselerasi pemulihan ekonomi di AS. Hal-hal tersebut dapat memicu berlanjutnya aksi jual bersih (net sell) investor asing di pasar modal Indonesia.
Net sell pada Selasa (13/4/2021) lalu merupakan net sell investor asing kesepuluh secara beruturut-turut.
Meski demikian, penurunan imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun merespons rekomendasi U.S. Food and Drug Administration untuk menangguhkan penggunaan vaksin COVID-19 produksi Johnson & Johnson berpotensi meredam potensi net sell investor asing tersebut.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun kembali meningkat ke level 1,69 persen setelah lelang pada Selasa (13/4/2021) kemarin.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei melemah 79,79 poin atau 0,27 persen ke 29.671,82, indeks Hang Seng naik 442,25 poin atau 1,55 persen ke 28.939,5, dan indeks Straits Times terkoreksi 6,67 poin atau 0,21 persen ke 3.181,23.
Baca juga: IHSG akhir 2021 diproyeksikan capai level 6.900
Baca juga: Saham Tokyo dibuka melemah tertekan penurunan Dow dan kenaikan yen
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021