Solo (ANTARA News) - Sebanyak 23 grup musik nasional dan mancanegara akan meramaikan "Solo International Contemporary Ethnic Music" (SIEM) ketiga, di Stadion Sriwedari Solo, pada 7-11 Juli 2010.

Direktur Artistik SIEM, Putut H. Pramono, di Solo, Kamis, mengatakan bahwa delapan dari sembilan grup musik berasal dari mancanegara dipastikan hadir meramaikan SIEM Solo.

Para pemusik etnik tersebut di antaranya "Plaid" dan "Southbank" berasal dari Inggris, "ABO Orchestra" dan "Sonofa" (Singapura), "Solo Pipe Woman" (Taiwan), "Albert Chimedza" dan "Mbira" (Zimbabwe), serta "Kamal Mussalam" (Dubai).

Pemusik berasal dari Tanah Air yang akan tampil pergelaran SIEM, kata dia, antara lain Dewa Bujana, Iwan Hasan, Tohpati, Hamrin Samad (Makasar), Subono (Solo), Sahuni (Banyuwangi), Elizar Koto (Padang), Riau Rhytm (Riau), Krakatau, dan Bandaneira.

Seluruh penampil, kata Putut, sudah melalui seleksi cukup ketat oleh dewan kurator yang terdiri atas maestro musik Indonesia seperti Rahayu Supanggah dan Dwiki Darmawan.

Menurut dia, cukup banyak pemusik etnik andal baik Indonesia maupun mancanegara ingin berpentas di ajang SIEM ketiga itu.

Hanya saja, katanya, karena keterbatasan waktu pemangungan membuat tak semua keinginan mereka bisa diakomodasi.

"Mereka kemungkinan akan kami akomodasikan pada SIEM keempat tahun mendatang," kata Putut.

Putut menjelaskan, untuk menepis anggapan Stadion Sriwedari sebagai ajang pertunjukan musik pop dengan dukungan perusahaan rokok, maka panitia SIEM akan mendatangkan sekitar seribu boks ampas tebu berasal dari Pabrik Gula Tasikmadu.

Ampas tebu sisa penggilingan tersebut, katanya, akan ditata di sekitar panggung dengan desain artistik dan sekaligus difungsikan sebagai peredam suara.

Menurut dia, Stadion Sriwedari harus tampil beda ketika ajang SIEM karena selama ini masyarakat memahami lapangan sepak bola itu sebagai tempat pertunjukan musik pop.

Namun, kata dia, dengan tatanan artistik, baik dalam tata panggung, lingkungan sekitar panggung, tata lampu, dan desain posisi penonton, mampu mengembalikan fungsi Stadion Sriwedari sebagai media berekspresi segenap warga Solo berasal dari berbagai kalangan dan usia.

Menurut dia, selama dua kali SIEM digelar di Solo, venue yang dipilih selalu berhubungan dengan peninggalan sejarah masa lalu.

SIEM pertama digelar di Beteng Vasternburg dan kedua di Pamedan Pura Mangkunegaran dengan latar belakang bangunan kuna kavaleri.

"SIEM ketiga digelar di Stadion Sriwedari yang juga merupakan Monumen Pekan Olahraga Nasional I," katanya.
(U.B018/M029/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010