Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono menjamin pasokan gas bagi industri keramik dalam negeri.

"Dalam jangka pendek memang pasokan gas untuk kebutuhan dalam negeri, masih terbatasnya infrastruktur," katanya, saat membuka Forum Keramik Dunia 2010 di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, pemerintah saat ini masih mengkaji dan menghitung tingkat kebutuhan dan ketersediaan energi, khususnya gas bagi konsumsi domestik.

Salah satu kendala yang dihadapi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan gas dalam negeri adalah infrastruktur seperti pipa penyaluran dan terminal penerima serta harga yang kompetitif, ungkap Boediono menegaskan.

"Karena itu, saya sudah mengadakan dialog untuk membahas hal itu, apalagi pemerintah telah menetapkan kebijakan pembangunan ekonomi nasional berbasis gas, karena selain harganya murah dari minyak juga ramah lingkungan," ujarnya.

Diungkapkan Wapres, saat ini pemerintah akan meningkatkan kapasitas pipa gas di Jawa Barat dan pembangunan pipa gas di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pasokan gas dalam negeri.

Sedangkan masalah harga, Boediono menegaskan, harga yang ditetapkan sesuai dengan keekonomian dan kompetitif.

"Jangan, karena untuk kebutuhan dalam negeri lalu harga yang diminta harus serendah-rendahnya dari harga yang dijual ke luar negeri, hingga tidak mencapai harga keekonomian yang justru akan berujung pada pemberian subsidi yang akan membebani APBN dan rakyat sendiri dalam jangka panjang," tuturnya.

Namun pemerintah yakin pada jangka menengah, kebutuhan energi terutama gas dengan pertumbuhan ekonomi nasional tujuh hingga delapan persen, dapat terpenuhi untuk kebutuhan doemstik termasuk industri keramik, kata Wapres.

Sebelumnya, Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), mengeluhkan kurangnya pasokan gas untuk industri keramik.

Ketua Umum Asaki Achmad Widjaya, menyampaikan, hingga saat ini kapasitas produksi dari industri keramik baru mencapai 75 persen atau 55 juta meter kubik per tahun sehingga omzetnya baru mencapai Rp 18,2 triliun.

"Padahal, bahan baku berlimpah, sumber daya manusia tidak ada masalah, transportasi dan pasar juga tidak ada masalah. Yang menjadi ancaman bagi kami adalah justru pasokan energi, untuk gasnya," kata Achmad.
(R018/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010