Pontianak (ANTARA News) - Pengusaha di Indonesia perlu mengubah pandangan mengenai kerja sama bisnis dengan Timur Tengah, kata Acting Director Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Abdul Mun`im.
"Pandangan itu perlu diubah, karena banyak anggapan keliru tentang bisnis dengan negara di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya," katanya, di Pontianak, Selasa.
Menurut dia, mengingat mayoritas penduduk di kawasan itu Muslim, maka pihak-pihak yang terlibat di bisnis kedua negara harus Muslim juga. "Padahal ini anggapan yang keliru," katanya.
Ia mengatakan nilai perdagangan Indonesia dengan negara di kawasan Timur Tengah masih di bawah Filipina atau Jepang.
Namun, menurut dia, Indonesia termasuk terlambat dalam menjalin kerja sama bisnis yang intensif dengan negara-negara petro dolar tersebut.
India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, menjadi salah satu negara tujuan investasi Timur Tengah.
"Negara-negara petro dolar itu bingung dananya mau disimpan ke mana. Kalau dulu ke Amerika Serikat," katanya.
Duta Besar Indonesia untuk Abu Dhabi M Wahid Supriyadi mengibaratkan bahwa uang tidak mengenal agama.
Indonesia sebagai negara berpenduduk terbanyak di Asia Tenggara, nilai perdagangannya masih di bawah Malaysia dan Singapura.
Ia mencontohkan Persatuan Emirat Arab yang menginvestasikan dananya 15,8 miliar dolar AS. Sedangkan yang masuk mencapai 13,7 miliar dolar AS.
Total impor Persatuan Emirat Arab pada 2009 sebesar 123,1 miliar dolar AS, dengan re-ekspor 40,15 miliar dolar AS. (T011/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010