Kata-kata tajam diplomat teratas AS itu menggarisbawahi kritik dari para anggota lain administrasi Presiden Joe Biden terkait kurangnya transparansi di hari-hari awal yang penting dalam masa pandemi.
China tidak memberikan akses bagi para ahli internasional atau membagi informasi dalam waktu sebenarnya untuk memberikan transparansi yang sesungguhnya, kata Blinken dalam sebuah wawancara dengan program “Meet The Press” NBC.
Akibatnya, virus itu “keluar kendali lebih cepat dan saya rasa, hasil yang jauh lebih mengerikan daripada yang seharusnya,” ujar Blinken.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada 30 Maret lalu bahwa terdapat data yang ditahan dari para investigator WHO yang pergi ke China untuk meneliti asal muasal pandemi.
Sebuah laporan WHO, yang ditulis bersama dengan para ilmuwan China dan dikeluarkan pada saat itu mengatakan bahwa transmisi virus itu kemungkinan terjadi dari kelelewar ke manusia melalui hewan lain, dan bahwa kebocoran laboratorium sebagai penyebab virus itu “sangat kecil kemungkinannya”.
Tedros menyebut isu tersebut membutuhkan investigasi lebih lanjut.
Peristiwa tersebut menyoroti mengapa perlu ada sistem keamanan kesehatan global yang lebih kuat untuk memastikan hal ini tidak terjadi lagi, kata Blinken. Reformasi harus mencakup komitmen terhadap transparansi, berbagi informasi, dan akses bagi para ahli "dan China harus berperan di dalamnya," lanjutnya.
Blinken mengatakan bahwa perlu mencapai penghitungan yang lebih konklusif terkait bagaimana pandemi berawal.“Kita perlu melakukan itu dengan tepat agar kita mengerti sepenuhnya apa yang terjadi, agar kita memiliki kesempatan terbaik untuk mencegah hal ini kembali terjadi,” katanya. “Itulah mengapa kita harus mengupas tuntas hingga ke pokoknya.”
Saat laporan WHO dikeluarkan pada Maret lalu, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara Barat lainnya menyerukan agar China memberikan “akses penuh” bagi para ahli independen atas data terkait penyebaran awal yang terjadi pada akhir 2019 lalu.
Sumber: Reuters
Baca juga: CDC: AS telah berikan 187 juta dosis vaksin COVID-19
Baca juga: Biden bahas bantuan, infrastruktur COVID dengan para pemimpin buruh
Baca juga: Meksiko beralih ke China setelah Biden kesampingkan pembagian vaksin
Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2021