Tidak ada satu negara pun yang berhasil mengatasi radikalisme dengan cara halus.
Semarang (ANTARA) - Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Yos Johan Utama menyebut pemimpin perguruan tinggi yang ingin cari aman dan menganggap semua baik-baik saja bisa menyebabkan radikalisme berkembang di lingkungan kampus.
"Ada yang ingin tampil flamboyan, ingin tampil sebagai pribadi yang bisa diterima semua pihak," kata Yos saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional "Solusi Gerakan Mahasiswa Melawan Ekstrikisme di Dalam Kampus" yang digelar GMNI Kota Semarang di Rektorat Undip Semarang, Senin.
Menurut dia, banyak hak yang dimanfaatkan hingga menyebabkan radikalisme bisa masuk ke lingkungan kampus.
Rektor Undip berpendapat bahwa radikalisme pandai berkamuflase dan menghalalkan segala cara.
Baca juga: KH Ali: Melawan terorisme di kalangan milenial perlu perhatian bersama
"Kebebasan akdemik kadang disalahgunakan. Mahasiswa yang kumpul-kumpul tanpa pembimbing itu bahaya sekali," katanya.
Yos sendiri sepakat dengan Presiden Joko Widodo bahwa radikalisme harus "digebuk" (dipukul).
"Tidak ada satu negara pun yang berhasil mengatasi radikalisme dengan cara halus. Hanya negara yang menggunakan pendekatan kekerasan dan kekuatan yang berhasil mengatasi radikalisme," katanya.
Rektor menegaskan bahwa radikalisme harus menjadi musuh bersama warga kampus.
Ia menuturkan jangan sampai silent majority bingung dengan upaya mengatasi radikalisme yang menggunakan cara-cara halus.
Baca juga: BNPT ajak tokoh lintas agama buat program cegah paham radikalisme
Pewarta: Immanuel Citra Senjaya
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021