Dokter spesialis: Kembar Siam terjadi pada satu dari 200.000 kelahiran

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita Johanes Edy Siswanto menyampaikan bahwa kasus kembar siam terjadi pada satu dalam 200.000 kelahiran.

"Jumlahnya memang tidak terlalu banyak, tapi itu juga merupakan suatu hal yang kita harus perhatikan. Kembar siam merupakan salah satu penyebab kematian," ujar Johanes Edy Siswanto yang juga Ketua Tim Kembar Siam Naifa dan Nayyara dalam konferensi pers daring di Jakarta, Senin.

Kembar siam, lanjut dia, merupakan salah satu kelainan di mana bayi kembar itu saling menempel atau terhubung satu sama lain.

"Jadi penting sekali kita memperhatikan kelainan bawaan di dalam hubungannya dengan angka kematian bayi," ucapnya.

Bayi kembar siam, menurut dia, berpotensi meninggal saat masih berada dalam kandungan atau meninggal sesaat setelah dilahirkan.

Namun, ada juga yang dapat bertahan hidup, seperti Naifa dan Nayyara. "Kembar siam Naifa dan Narayya sudah berumur kurang lebih sekitar 14 bulan," kata Johanes Edy.

Sementara itu, Direktur Utama RSAB Harapan Kita Didi Danukusumo menyampaikan bahwa kasus kembar siam terjadi karena adanya pembelahan sel telur yang tidak sempurna.

"Bayi kembar itu 70 persennya terjadi oleh dua sel telur, 30 persennya satu sel telur. Yang satu telur ini, harus hati-hati, karena kalau kita ketemu dengan bayi kembar dengan satu telur, inilah yang berpeluang menjadi kembar siam," ujar Didi Danukusumo, yang juga sebagai dokter kandungan.

Menurutnya, kembar siam dapat dideteksi saat kehamilan dini. "Kalau dokter kandungan menemukan bayi kembar, dia harus lihat. Kalau kepala bayi kembar itu dua-duanya di bawah, harus curiga, apakah itu kembar siam atau bukan," katanya.

Baca juga: RSAB Harapan Kita sukses pisahkan kembar siam Naifa dan Nayyara

Sebelumnya, RSAB Harapan Kita sukses melakukan operasi pemisahan kembar siam Naifa dan Nayyara.

Baca juga: Dua lagi kembar siam menanti dipisahkan di RSAB Harapan Kita

Operasi kembar siam itu memakan waktu hingga 25 jam, dimulai pada Sabtu (10/4) pukul 07.00 WIB dan berakhir Minggu (11/4) pukul 08.00 WIB.

Operasi koreksi atau pemisahan kembar siam Naifa dan Nayyara itu juga dibantu oleh para dokter dari RS Kanker Dharmais, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, RS. St. Carolus, RSU Adhyaksa dan dari Puskes TNI.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021