Beijing (ANTARA News) - Media resmi China Selasa mengecam Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang mengisyaratkan Beijing menutup mata terhadap tindakan-tindakan Korea Utara, dan mengatakan pernyataannya itu "tidak bertanggung jawab dan sembrono."
Pada konferensi tingkat tinggi (KTT) F-20 di Kanada pada akhir pekan, Obama mengatakan China seharusnya tidak menunjukkan sikap "sengaja menutup mata" atas "sikap pembangkangan" Pyongyang, dan mencatat bahwa dia telah berbicara blak-blakan kepada Presiden China Hu Jintao mengenai masalah itu, sebagaimana dikutip dari AFP.
Surat kabat berbahasa Inggris, Global Times, balik menghantam pernyataan pemimpin AS itu, dan mengatakan bahwa dia hendaknya memahami kesulitan Beijing sebelum mempertimbangkan "membuat pernyataan tidak bertanggung jawab dan sembrono tentang peranan China di kawasan itu."
Surat kabar itu mengatakan, peranan Beijing sebagai tuan rumah perundingan enam negara tentang perlucutan senjata nuklir Korea Utara yang kini macet: "Itu tidak berarti China yang menutup mata terhadap apa yang Korea Utara lakukan dan tidak dilakukan."
"Justru sebaliknya, para pemimpin negara seperti AS yang membutakan mata mengenai usulan upaya-upaya China," kata komentar di dalam surat kabar People`s Daily, corong pemerintah yang dikelola oleh Partai Komunis.
AS dan Seoul telah berusaha menggiring desakan agar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengecam Pyongyang berkaitan dengan tenggelamnya kapal perang Korea Selatan, Cheonan, Maret lalu yang menewaskan 46 pelaut, namun Dewan Keamanan sampai kini belum mengeluarkan kecaman resmi.
China, sekutu dekat Korea Utara, enggan untuk mendukung kecaman PBB atas tenggelamnya kapal tersebut sampai pihaknya mendapat kesempatan untuk menaksir bukti dalam insiden itu sendiri.
Global Times mengakui bahwa upaya-upaya China untuk meyakinkan Korea Utara menyerahkan program nuklirnya tidak seluruhnya berjalan efektif, namun mengatakan jalinan kontak Beijing dengan Pyongyang juga sangat penting.
"AS tak bisa mengabaikan fakta bahwa China masih memiliki saluran penting untuk melakukan komunikasi efektif dalam situasi ini," kata surat kabar itu.
"Menutup saluran-saluran itu hanya akan menyebabkan situasinya buntu, Itu adalah yang bukan dunia inginkan."
(H-AK/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010