Bukittinggi (ANTARA) - Kelompok Dasa Wisma di Bukittinggi, Sumatera Barat, dibimbing mengolah sampah rumah tangga agar tidak menambah jumlah produksi sampah harian kota itu yang mencapai 100 ton per hari.
"Gaya hidup masyarakat yang cenderung konsumtif membuat produksi sampah meningkat, termasuk di Bukittinggi. Kita berupaya mengurangi jumlah sampah itu dengan pengolahan yang sederhana," kata Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Sumbar, Novarita di Bukittinggi, Senin.
Pengolahan sampah sederhana itu dikhususkan untuk sampah rumah tangga yang masuk kategori sampah organik yang dimungkinkan diolah menjadi pupuk dengan cara sederhana.
Novarita menyebut alat solar bio digester menjadi salah satu solusi membantu pengolahan sampah rumah tangga sehingga beban sampah ke TPA bisa ditekan.
Baca juga: Ibnu bisa belajar sambil berwisata ke Bali berkat sampah
Baca juga: UI-PT Dow Indonesia berikan penghargaan Champion Plaswas
Selain itu hasil akhir dari pengolahan itu adalah pupuk yang bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman produktif di lingkungan rumah.
Ia menyebut untuk tahun ini anggota Komisi IV DPRD Sumbar, Rafdinal mengarahkan program pokok pikiran untuk membantu pengadaan alat solar bio digester tersebut sehingga bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.
Anggota Komisi IV DPRD Sumbar, Rafdinal mengatakan bantuan yang diberikan itu adalah respon terhadap aspirasi masyarakat Bukittinggi.
"Hasil dari reses sebelumnya masyarakat Bukittinggi mengeluhkan persoalan sampah ini karena itu kita coba mencarikan solusi bersama DLH Sumbar. Salah satunya pengolahan dengan solar bio digester ini," katanya.
Ia berharap bantuan alat itu bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pengolahan sampah rumah tangga dan bisa pula menginspirasi berbagai pihak untuk ikut berkontribusi menyelesaikan persoalan sampah di Bukittinggi.
Sementara itu anggota DPRD Bukittinggi, Ibnu Azis mengungkap produksi sampah harian kota itu saat ini mencapai 100 ton sehari bahkan untuk hari libur bisa meningkat menjadi 150 ton.
Sedangkan Bukittinggi sekarang bergantung pada TPA Regional di Payakumbuh untuk pembuangan akhir sampah karena daerah itu tidak memiliki TPA sendiri.
"Persoalan semakin rumit dengan fakta bahwa TPA Regional Payakumbuh kemungkinan hanya bisa menampung sampah hingga 2023. Kemana lagi nanti Bukittinggi akan membuang sampah akhirnya? Ini harus menjadi perhatian serius bersama,"ujarnya.
Ia mengapresiasi respon dari anggota DPRD Sumbar dan DLH yang mengambil langkah konkret dalam penyelesaian persoalan sampah itu.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah Limbah B3 DLH Sumbar, Petriawaty mengatakan program Bimtek pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga itu diarahkan pada 10 kelompok Dasa Wisma di Bukittinggi.
"Ini akan jadi program percontohan di Bukittinggi untuk menginspirasi semua pihak agar pengolahan sampah keluarga ini menjadi gaya hidup yang baru berorientasi lingkungan," katanya.
Program seperti itu sangat cocok di daerah perkotaan yang memiliki lahan sempit sehingga bisa menjadi salah satu solusi.*
Baca juga: Anggota DPR dukung usaha olah sampah jadi bahan bakar alternatif
Baca juga: Indocement edukasi masyarakat soal daur ulang sampah
Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021