Ketika anak sudah masuk ke jaringan mereka (kelompok radikal) dan diberikan doktrin sesuai dengan kepentingan mereka, maka ini akan menjadi amunisi yang suatu saat bisa meledak
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr KH Ali M Abdillah meminta semua pihak untuk memberikan perhatian dalam melawan infiltrasi terorisme di kalangan anak muda (milenial).
”Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak agar langkah antisipatif dapat dilakukan. Orang tua harus mengawasi betul, karena jaringan teroris ini dapat memanfaatkan organisasi kerohanian sekolah sebagai pintu masuk doktrinasi terhadap anti negara, anti pemerintah,” ujar Kiai Ali dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Hal ini dikatakannya seiring dengan aksi teror yang terjadi pada pekan terakhir Maret 2021 lalu di Gereja Katedral Makassar dan Mabes Polri. Kedua aksi teror itu dilakukan oleh mereka yang berusia masih muda.
Ia mengatakan antisipasi terhadap paham teror ini juga harus dilakukan di kalangan sekolah. Menurutnya Kemendikbud, Kemenag dan seluruh lapisan masyarakat harus memberikan perhatian dalam mengawasi paham radikal tersebut agar tidak masuk di lingkungan sekolah.
“Ketika anak sudah masuk ke jaringan mereka (kelompok radikal) dan diberikan doktrin sesuai dengan kepentingan mereka, maka ini akan menjadi amunisi yang suatu saat bisa meledak. Ini yang harus diwaspadai bersama,” tuturnya.
Baca juga: Polda Metro utamakan preemtif antisipasi terorisme selama Ramadhan
Baca juga: Wapres minta sivitas akademika promosikan toleransi cegah radikalisme
Oleh karena itu, Kiai Ali mengungkapkan, pengajian melalui media sosial (medsos) perlu dikendalikan dan diperhatikan. Apalagi ketika mengajarkan ajaran yang tidak sejalan dengan corak keragaman di Indonesia maka pemerintah diminta lebih baik tegas. Termasuk juga peran orang tua sangat penting untuk memantau anak-anaknya.
”Karena anak-anak ini sudah menjadi incaran kelompok radikal. Hal ini perlu diperketat karena melalui pintu-pintu tadi kelompok teroris melakukan perekrutan dan cuci otak terhadap generasi muda,” jelas Ali.
Selain itu, pria yang juga Ketua Pengurus Wilayah Mahasiswa Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyin (MATAN) DKI Jakarta itu juga menyampaikan bahwa di MUI sudah terbentuk Badan Penanggulangan Ekstremisme Dan Terorisme (BPET). Ini menunjukkan bahwa MUI serius dalam melakukan kontranarasi sekaligus deradikalisasi kepada anak muda yang terpapar ajaran radikalisme.
Karena itu, Kiai Ali mengimbau masyarakat tetap tenang dan waspada terhadap kondisi terkini yang sedang terjadi karena saat ini negara tidak membiarkan kelompok ini bergerak bebas.
“Kita memiliki aparat-aparat yang terus mencari jaringan mereka (teroris) sembari kita juga melakukan pengamanan di tingkat lingkungan dan keluarga serta berdoa kepada Allah SWT agar bangsa dan negara kita diberikan perlindungan oleh Allah SWT. Masyarakat harus aktif, dan pihak keamanan juga harus kita support demi ketentraman dan keamanan rakyat Indonesia,” kata Dosen Pascasarjana Universitas Nahdlatul Ulama Jakarta itu.
Baca juga: BNPT ajak tokoh lintas agama buat program cegah paham radikalisme
Baca juga: Putri Indonesia dorong kaum milenial perkuat nasionalisme
Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Apep Suhendar
Copyright © ANTARA 2021