Borobudur, Jawa Tengah (ANTARA News) - Sekitar 50 pelajar di sekitar Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, secara gratis mendapat kesempatan menyaksikan pergelaran sendratari "Mahakarya Borobudur" sebagai apresiasi pihak pengelola kepariwisataan setempat atas prestasi pendidikan mereka selama setahun terakhir di sekolah masing-masing.

"Saya belum pernah menonton sendratari ini, tentu senang mendapat kesempatan menyaksikan secara gratis, sejak lama ingin menyaksikannya," kata Isromlah, siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Borobudur, sebelum pementasan itu di panggung terbuka "Aksobya" sebelah timur kaki Candi Borobudur, di Borobudur, Sabtu malam.

Ia yang rangking pertama di sekolahnya untuk tahun ajaran 2009-2010 itu menyatakan bersama dua kawannya yakni Uflis Setiarini (kedua) dan Nur Rahmawati (ketiga), masing-masing mendapat kesempatan menyaksikan pergelaran itu.

Ia mengaku belum mengetahui cerita yang terkandung dalam sendratari itu.

"Belum tahu apa isi ceritanya," katanya.

Kepala SMP Ma`arif Borobudur, Badari, mengaku, mengantar tiga siswanya yang berprestasi yakni Siti Nurhasanah, Erna Rahmawati, dan Baiti Nurul Ngatizah yang mendapat kesempatan gratis dari PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko menyaksikan pergelaran itu.

"Kesempatan untuk anak-anak mengapresiasi pementasan dan memotivasi mereka untuk cinta terhadap karya seni dan warisan budaya bangsa," katanya.

Selain itu, katanya, pelajar sekitar Candi Borobudur itu semakin luas wawasan tentang seni dan budaya yang menjadi bekal penting mereka saat dewasa kelak.

Selanjutnya, katanya, mereka akan bercerita dengan kawan-kawan dan tetangganya tentang kemegahan dan nilai-nilai yang terkandung dalam sendratari tersebut.

Seorang pelajar berasal dari Talinna Nomme Gumnaasium High School Student Estonia, Helen Aavel, mengaku, dirinya menyempatkan diri menonton sendratari itu sebagai bagian dari keinginannya mengenal secara mendalam atas kebudayaan Indonesia terutama Jawa.

"Karena ini pertama kali bagi saya berada di Indonesia dan Borobudur ini," kata Helen yang sedang menjadi relawan Indonesia International World Camp dan bertugas di sekitar Candi Borobudur selama dua bulan.

Ia mengaku, sedang mengumpulkan informasi di lapangan tentang Borobudur dengan berbagai potensi seni dan budaya, serta kehidupan sosial masyarakatnya untuk selanjutnya dipromosikan kepada masyarakat internasional terutama di negaranya.

Direktur Pemasaran PT TWCBPRB, Agus H. Cany, mengatakan, sekitar 150 pelajar menyaksikan pergelaran itu. Mereka terdiri atas 50 pelajar sekitar Borobudur dan 100 lainnya berasal dari berbagai kota besar di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.

Ratusan wisatawan lainnya baik nusantara maupun mancanegara menyaksikan sendratari yang bercerita tentang sejarah pembangunan Candi Borobudur dan kehidupan masyarakat sekitarnya pada sekitar abad ke-8 Masehi, masa pemerintahan Dinasti Syailendra itu.

"Sebenarnya banyak yang berminat untuk menyaksikan tetapi waktunya memang bersamaan dengan Piala Dunia sehingga banyak yang menunda untuk menonton pada pergelaran mendatang," katanya.

Sendratari itu dimainkan oleh sekitar 150 seniman Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan sekitar Candi Borobudur serta Magelang sebagai upaya pihak PT TWCBPRB untuk menghidupkan kepariwisataan malam di Borobudur.(*)
(U.M029/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010